Tuesday 26 June 2012

Review IMAX 3D Gandaria City



Review IMAX 3D Gandaria City
----------------------------------------------

Bioskop IMAX 3D adalah cinema terbaru yang dimiliki oleh group XXI yang berada di Gandaria City Mall level 2, jalan KH. M.Syafii Hadmazi no.8 Kebayoran lama, Jakarta. Mungkin untuk menemukannya bisa lebih gampang dari jalan Sultan Iskandar Muda atau arteri pondok indah. Bioskop ini merupakan satu-satunya di Indonesia yang menganut system IMAX 3D secara komersial.

Ukuran layar screen adalah 20 x 11 meter dan lebih besar dibanding bioskop pada umunya. Tingginya mulai dari lantai sampai atap langit-langit gedung. Layar screen berbentuk melengkung dan tidak seperti layar bioskop pada umumnya yang datar. Gambar dihasilkan dari penggunaan dua buah proyektor dan padahal bioskop pada umumnya menggunakan hanya satu buah proyektor. Sehingga gambar yang dihasilkan lebih terang dan jernih. Kacamata yang dipakai pun lebih besar ukurannya dari kacamata biasanya.

Deretan kursi diatur agak melengkung dan tidak lurus seperti bioskop pada umumnya. Jarak kursi dengan kursi depannya agak tinggi sehingga penonton tidak terhalang oleh kepala orang didepannya dan dapat melihat leluasa.

Harga tiket untuk hari senin sampai kamis adalah 50 ribu rupiah dan hari jumat adalah 75 ribu rupiah sedangkan hari sabtu, minggu, tanggal merah adalah 100 ribu rupiah. Jumlah baris kursi yang tersedia adalah 13 baris yaitu mulai dari A (posisi belakang) sampai dengan M (posisi depan).

Penulis ingin membagikan tips untuk menonton di sini berdasarkan saat menonton Prometheus agar nyaman dan tidak kecewa. Lihat jadwal terlebih dahulu film apa yang diputar dan jam berapa tayangnya. Mengapa ? Karena dalam satu hari bisa bermacam-macam film yang diputar, sebagai contoh untuk siang hari memutar film Prometheus, untuk yang sore hari memutar film The Avengers dan untuk malam hari memutar film Men In Black 3. Jadi jika anda asal datang saja dan asal beli tiket saja maka bisa-bisa anda salah judul yang ditonton. Alasan lain adalah kuota tiket yang dijual langsung lewat loket hanyalah 46% saja sedangkan sisanya di jual melalui Mtix. Mtix adalah pembelian tiket melalui SMS, call center dan web. Untuk deretan kursi A sampai G adalah kuota untuk Mtix sedangkan deretan kursi H sampai M adalah kuota untuk pembelian langsung diloket. Sayangnya untuk pembelian diloket jatah kursinya ada di bagian depan dan terlalu dekat dengan layar dimana untuk sebagian orang merasa kurang nyaman. Jadi jika film yang diputar adalah film box office maka siap-siap datang lebih awal karena antrian biasanya panjang dan tiket sudah habis.

Monday 25 June 2012

Lock Out


Lock Out
-------------

Nama Luc Besson merupakan salah satu nama yang diperhitungkan dalam cinema Hollywood walaupun bukan berasal dari Amerika. Dia berasal dari Perancis yang bahasa dan budayanya tentu saja berbeda dengan Amerika. Namun demikian publik Amerika dan dunia memperhitungkannya sebagai salah satu nama yang mumpuni. Dalam film ini dia menjadi penulis skenario dan sekaligus sebagai produser eksekutif.

Berlatar belakang kisah di masa depan yaitu tahun 2079 dimana Amerika memiliki penjara di ruang angkasa yang bernama MS1. Idenya unik karena para tahanan tidak akan bisa lolos keluar dari penjara. Tidak hanya itu saja, mereka juga ditidurkan dengan system cryo-freeze dalam suatu kotak mirip peti mati. Jadi sewaktu-waktu bila diinginkan mereka baru dibangunkan dari tidurnya. Jadi sulit sekali untuk bisa melarikan diri dari penjara tsb.

Dalam film ini ada dua kisah yang ingin ditampilkan yaitu kisah mengenai Snow (Guy Pierce) yang dijebak dan dituduh membunuh temannya sesama agen rahasia dan kisah Snow menyelamatkan Emilie (Maggie Grace) putri dari Presiden Amerika. Keduanya dirangkai membentuk suatu cerita yang cukup menghibur dengan adegan actionnya dan tembak-menembaknya.

Guy Pierce bermain cukup baik sebagai sang hero yang menyelamatkan Emilie dengan taruhan nyawa. Bentuk tubuh yang atletis dan kekar serta lincah sering ditonjolkan untuk menunjukkan sisi heronya. Namun demikian sebenarnya diawal mempunyai tujuan lain yaitu menemukan temannya yang bernama Mace yang menyimpan koper rahasia yang menjadi rebutan semua orang. Begitu Mace sudah mengalami gangguan jiwa dan tewas maka mau tak mau Snow 100% menyelamatkan Emilie.

Maggie bermain lumayan setidaknya bisa menampilkan sosok seorang kantoran karena perannya menuntutnya menjadi seorang peneliti kemanusiaan. Kesedihan dan ketakutan juga dapat ditampilkan dengan wajar dan tidak berlebihan. Terutama pada adegan hendak diperkosa.

Vincent Regan yang bermain sebagai Alex terlihat kurang sesuai dengan perannya sebagai kepala penjahat yang memimpin kelompoknya. Dia terlihat sudah tua, kurang lincah dan kurang sangar wajahnya.

Joseph Gilgun yang bermain sebagai Hydell sangat baik memerankan karakter ini. Sedikit gila, garang dan sangar serta kejam. Dengan mudah dapat membunuh orang tanpa ada yang perlu dipikirkan lagi. Gerak-gerik tubuh dan mimik wajah sangat pas sekali dalam bermain.

Kekurangan dalam film ini adalah jumlah tahanan yang ratusan orang tidak terekspose dan yang tampak hanya kelompok Alex saja yang sekitar sepuluh orang sehingga tidak tampak kericuhan dan kegaduhannya yang dilakukan selain kelompok Alex. Senjata-senjata yang digunakan masih model lama padahal tahun yang diceritakan adalah 2079 seharusnya senjata-senjatanya lebih moderen. Pada saat mata Emilie disuntik dan setelahnya tidak ada gangguan sama sekali pada matanya. Tidak dijelaskan apa isi dari memory micro SD card yang menjadi rebutan.

Kelebihan dalam film ini adalah ide dasarnya yang unik yaitu penjara di luar angkasa dengan sistem keamanannya yang tinggi.


Friday 22 June 2012

Prometheus (IMAX 3D)


Prometheus (IMAX 3D)
---------------------------------

Nama Ridley Scott sudah tak asing lagi di telinga penonton film. Dia menyutradarai film ini sebagai film yang kedua puluh sembilan sepanjang kariernya, termasuk film pendek dan tv. Dia jugalah yang menyutradarai Alien yang dirilis pada tahun 1979 dengan bintangnya Sigourney Weaver dan merupakan cikal bakal makhluk asing dalam dunia perfilman.

Film ini berbicara tentang petualangan yaitu yang bersifat fiksi yang dibalut dengan unsur filosofi. Sebuah fiksi moderen yang berbicara tentang masa depan, planet baru, makhluk asing dan pesawat ruang angkasa. Sebuah filosofi dasar tentang keberadaan manusia dibumi ini. Siapakah yang menciptakan manusia ? Bila ada segelintir orang yang menganggap bahwa aliens adalah sang pencipta maka diburulah keyakinan tersebut dengan mengirim sebuah tim ekspedisi pada tahun 2093 ke suatu planet bernama LV223 yang jauh letaknya dari bumi. Dibutuhkan waktu 2 tahun lebih untuk mencapainya dengan pesawat ruang angkasa bernama Prometheus.

Cerita berjalan lambat dan hampir 1 jam pertama film ini berisi obrolan saja tanpa ada adegan aksi atau perkelahian. Jadi jangan berharap film ini adalah film seru dengan banyak ledakan dahsyat atau tembak-menembak seperti film alien pertama.

Pesawat ruang angkasa Prometheus dipimpin oleh Kapten Janek (Idris Elba). Sebagai pemimpin pesawat, dia bersikap tegas dan mampu membuat keputusan di saat yang sulit. Ada satu lagi robot bertubuh manusia yang bernama David (Michael Fassbender). Michael dapat memerankannya dengan baik, tidak kaku tetapi juga tidak luwes sebagai representasi dari setengah manusia dan setengah robot.

Sedangkan Vikers (Charlize Theron) adalah perwakilan dari perusahaan Weyland yang sekaligus sebagai orang yang merekrut anggota tim. Dia ternyata adalah anak dari Peter Weyland sang pemilik perusahaan. Perannya disini cukup bagus dan menjiwai sebagai anak yang punya sedikit masalah dengan sang ayah. Sang ayah ingin tetap eksis sebagai pemimpin perusahaan bahkan rela bertemu dengan alien yang dianggapnya sebagai pencipta manusia, sekaligus ingin disembuhkan atau dimudakan kembali. Sebaliknya Vikers menganggap ayahnya sudah tua dan sudah saatnya menurunkan tahta kepadanya.

Ahli peneliti arkeologi yang bergabung dalam tim adalah Elizabeth Shaw (Noomi Rapace) yang berpacaran dengan Charlie (Logan Marshall). Noomi menampilkan permainan yang cukup bagus dengan karakternya yang bertarung melawan alien. Alangkah baiknya bila peran Noomi ditukar dengan Charlize Theron. Karena wajah Noomi terbilang terlalu manis untuk adegan perkelahian sedangkan wajah Charlize lebih maskulin dan cocok untuk adegan perkelahian. Logan bermain dengan standard saja dan tidak ada yang lebih.

Beberapa hal yang menjadi kekurangan dalam film ini adalah di awal film ditunjukkan sosok alien yang sedang ”bunuh diri” namun tidak dijelaskan lebih lanjut apa hubungannya dengan film secara keseluruhan karena memang tidak ada alur cerita yang flashback pada adegan tsb. Pada awal adegan tsb tampak juga pesawat alien yang bulat ceper mirip piring terbang. Namun pada akhir film tampak pesawat terbang alien berbeda bentuknya, lebih mirip kue donat yang sudah digigit artinya bentuknya lonjong melingkar dan tengahnya lubang, seperti huruf U.

Tidak dijelaskan mengapa David memberikan virus alien kepada Charlie melalui minuman juga mengapa virus alien disimpan oleh David. Tidak dijelaskan juga mengapa bisa muncul hologram alien yang berlari di lorong dan hologram alien yang menghidupkan pesawat. Pada saat perkelahian alien manusia dan alien gurita mengapa bisa muncul alien baru lagi. Ini kan perkelahian dan bukan perkawinan, sesuatu yang terlalu dibuat-buat. Tidak dijelaskan mengapa alien yang berbentuk manusia pada tidur dalam peti dan bisa bangun lagi.

Kelebihan film ini pada tampilan visualnya yang begitu indah dan menawan apalagi penulis menontonnya di cinema IMAX 3Dimensi. Gambar terlihat lebih alami, jernih dan adegan seolah-olah ada didepan kita karena layar IMAX 3Dimensi lebih lebar dibanding cinema biasanya. Efek 3Dimensinya lebih terasa dibandingkan saat menonton Men in Black3 yang sama-sama 3Dimensi tapi bukan IMAX. Pemandangan alamnya nampak lebih hidup terbentang ditengah kita. Adegan yang seolah-olah kita berada ditengah-tengahnya adalah saat operasi caesar. Biar penonton pria pun bisa merasakan operasi caesar tsb.


Tuesday 19 June 2012

Soegija



Soegija
-----------

Siapa yang tak kenal dengan nama Garin Nugroho. Tentu semua penonton atau pecinta film akan mengenalnya sebagai sutradara papan atas yang sering mendapat penghargaan pada festival-festival film dalam dan luar negeri. Bahkan mungkin terkenal sebagai penghasil film bernilai seni bagus yang kadangkala secara komersial kurang laku dipasaran.

Film ini dibuat berdasarkan buku karya Budi Subanar yang berisi catatan harian seorang pejuang kemanusiaan yang bernama lengkap Mgr. Albertus Soegijapranata SJ yang biasa dikenal dengan nama Soegija atau dalam bahasa sehari-harinya sebagai Sugiyo. Beliau adalah seorang pahlawan nasional yang kebetulan berprofesi sebagai uskup agung bahkan seorang uskup pribumi pertama di Indonesia.

Kisahnya sendiri merupakan kisah 8 arah mata angin yang bertemu pada titik tengahnya yaitu tentang Mariyem (Annisa Hertami) yang sebatang kara karena ditinggal mati kakaknya, Ling ling (Andrea Reva) yang kesepian karena ibunya ditangkap oleh tentara Jepang, Banteng seorang remaja tanggung yang mencoba menjadi prajurit sekaligus belajar membaca, Nobuzuki (Suzuki) seorang tentara Jepang yang kejam terhadap orang dewasa tapi tidak tega pada anak kecil, Robert (Wouter Zweers) seorang tentara Belanda yang kejam tapi terhentak oleh seorang bayi, Hendrick (Wouter Braff) seorang fotografer yang mencintai gadis Indonesia, personal ekstra yaitu figur tambahan misalnya Besut seorang penyiar radio dan Soegija (Nirwan Dewanto) adalah orang kedelapan yang sekaligus berada di titik central yang mempertemukan 8 karakter tsb.

Mariyem bermain cukup bagus dengan wajah khas gadis desanya yang mampu mengekspresikannya dengan gemilang saat sedih maupun saat marah contohnya ketika makan buah srikaya dan ketika memandikan jasad sang kakak. Ling ling bermain lumayan hanya saja banyak shoot-shoot yang diambil dari jauh sehingga kurang menampilkan sosoknya dengan maksimal. Remaja tanggung juga okelah sebagai karakter yang agak ”setengah waras”. Nobuzuki juga pintar memainkan emosinya khas orang Jepang. Robert berperan cukup lumayan. Sedangkan Hendrick menurut saya agak canggung.

Nirwan bermainnya agak kaku dan tampak kurang plong. Hal ini berbeda dengan Butet Kartarajasa yang berperan sbg pembantu yang terlihat sangat santai dan tanpa beban. Metode yang diambil oleh Garin dalam merekrutnya adalah faktor kemiripan wajah. Jadi wajar saja bila ada kekurangan dalam tokoh ini. Wajah yang tegang dan mulut yang seolah-olah cemberut tentu kurang sedap dipandang mata. Apalagi sosok tokoh ini terlihat berbeda saat ditampilkan diakhir film dengan cuplikan foto asli yang tersenyum dan tertawa. Namun kalau diperhatikan memang sang aktor Nirwan giginya agak tongos sehingga kalau mulutnya tertutup seperti lagi cemberut.

Sayang sekali rentetan foto asli dari Soegija di akhir film tidak merepresentasikan jalinan ceritanya. Seharusnya dalam film itu juga menceritakan adegan atau kejadian dalam foto tsb. Misalnya pertemuan dengan Presiden Soekarno. Pertemuan dengan para Jenderal Belanda. Serta kematian Soegija dll. Sehingga penonton bisa diajak terkagum-kagum yang menunjukkan bahwa ceritanya adalah benar dengan bukti-bukti foto tsb.

Saya tidak melihat film ini sebagai film perang karena perang disini hanya digambarkan secara simbolis dan tidak ada ledakan yang heboh juga dahsyat. Tembak-menembak hanya diperlihatkan secara sederhana dan tidak sedahsyat film-film lainnya. Saya tidak melihat film ini sebagai Katolikisasi karena memang tidak ada unsur rasialisme agama atau ajakan untuk masuk Katolik. Saya juga tidak melihat film ini menuturkan Soegija sebagai seorang pahlawan didalamnya karena memang alur ceritanya hanya memberikan porsi yang sedikit baginya dan tidak menunjukkan perjuangannya atau usahanya untuk menjadi seorang pahlawan. Konon kabarnya film ini berdurasi 4 jam namun dipersingkat menjadi 2 jam. Apakah karena faktor ini sehingga film ini terasa kurang maksimal.

Tata sinematografinya patut diacungin jempol dan juga tata suara serta lagu-lagunya patut diapresiasi. Film ini sudah memecahkan rekor MURI dengan jumlah pemain yaitu 2755 orang. Juga film dengan pemakaian bahasa terbanyak yaitu 6 bahasa, Indonesia, Jawa, Inggris, Belanda, Jepang dan Latin.

Dengan melihat film ini setidaknya saya baru tahu dan mungkin penonton lainnya juga bahwa Sultan Yogyakarta membiayai Presiden Soekarno dan kabinetnya selama ibukota negara pindah ke Yogyakarta.

Tuesday 12 June 2012

Snow White And The Huntsman



Snow White And The Huntsman
----------------------------------------------

Film ini ditayangkan secara bersamaan dengan film lainnya yang bertema sama yaitu Miror-Miror yang berunsur komedi dengan sutradara Tarsem Singh yang dibintangi oleh Lily Collins dan Julia Robert. Di Indonesia film tersebut mempunyai tag line The Untold Adventure Of Snow White sedangkan untuk pemasaran di Amerika yaitu The Snow White Legend Comes Alive. Lain halnya dengan film garapan Rupert Sanders ini yang berunsur serius. Dengan bintang utama yaitu Kristen Stewart sebagai Snow White dan Chris Hemsworth sebagai The Huntsman serta Charlize Theron sebagai Ravenna. Siapakah yang menang diantara kedua film tersebut ? Saya sendiri memilih Snow White And the Huntsman.

Bagi anda yang sudah membaca atau mendengar dongeng tentang Snow White jangan berharap ceritanya akan sama persis. Dalam film ini beberapa hal akan berbeda dan cukup penting dari alur cerita yang sebelumnya. Film ini bersifat serius walaupun ada sedikit guyonan sebagai penghilang ketegangan dan menjaga anda tetap melek karena cukup panjang durasinya yaitu dua jam lebih. Jangan kuatir, ungkapan ”Cermin-cermin di dinding, siapakah wanita yang tercantik di dunia ini ?” masih bisa anda jumpai. Termasuk juga buah apel beracun dan 7 manusia kerdil.

Beberapa hal yang berbeda dari cerita buku adalah Snow White mempunyai rambut pendek namun dalam film ini rambutnya panjang. Pakaian yang digunakan selalu tampak rapi dan bersih namun dalam film ini tampak kotor dan kumal karena berlarian melarikan diri. Sikap dan karakternya kalem dan lembut tetapi dalam film ini ditampilkan bisa berperang. Snow White dapat sembuh dari kutukan karena dicium oleh sang pangeran yang tampan tetapi dalam film ini dicium oleh seorang pemburu yang merupakan duda dan suka mabuk-mabukan. Tujuh manusia kerdil seharusnya masih muda, ceria dan lucu, sayangnya dalam film ditampilkan sebagai orang tua dan menyeramkan. Tujuh manusia kerdil hidup semua, sayangnya dalam film ini ada satu yang mati sehingga sisa enam orang.

Melihat peran Kristen Stewart disini seolah-olah tidak bisa meninggalkan sosok Bella dalam film Twilight. Kepolosannya, keluguannya, ketakutannya semua dilakukannya sama persis. Raut wajahnya, gerak tubuhnya dan cara bicaranya merupakan duplikat yang sama. Itulah resikonya bila menggunakan aktris yang sudah identik dengan peran tertentu. Perlu diketahui juga bahwa Kristen Stewart sempat mengalami kecelakaan saat syuting sehingga jempolnya cidera dan kakinya juga cidera.

Peran Chris Hemsworth hampir mirip-mirip seperti dalam film Thor juga penuh kelabilan dan miskin ekspresi. Mungkin faktor wajah dengan mata kecil seperti itu setidaknya berpengaruh juga. Sebutan sang pemburu tidak dijelaskan secara jelas apa dan mengapanya.

Peran Charlize Theron cukup bagus dan kaya ekspresi. Dia dapat memainkan sebagai orang jahat, angkuh, lemah dan takut dengan baik. Caranya memandang dan matanya yang tajam sudah dapat menyatakan siapa dirinya.

Saya menemukan ada sedikit kekurang telitian dalam film ini yaitu setelah satu orang kerdil mati maka seharusnya menjadi enam orang dari awalnya tujuh orang. Namun saat perjalanan didaerah pegunungan menuju istana Hammond, tampak terlihat jumlah manusia kerdil tetap 7 orang.