Monday 12 January 2015

Pendekar Tongkat Emas


Pendekar Tongkat Emas
-----------------------------

Film yang diproduksi oleh Mira Lesmana dan Kompas Gramedia Studio ini merupakan pemecah balok es dari tren film selama ini. Setelah hampir sepuluh tahun lebih tidak ada film berjenis silat yang muncul di bioskop maka Pendekar Tongkat Emas menjadi penangkal haus bagi penggemar film silat Indonesia. Disutradari oleh Ifa Isfansyah dan didukung oleh para pemain yang sudah terkenal dan punya nama ditambah Riri Reza yang menjadi produser. Konon kabarnya film ini dibuat dengan budget termahal dan waktu syuting terlama serta lokasi yang jauh di Sumba.
Sayangnya modal awal yang ada tidak menghasilkan film silat yang bagus. Mungkin karena itulah sang produser sempat “ngeles” bahwa film ini adalah film drama. Benar bahwa film ini adalah film drama yang dapat meneteskan air mata namun bukan berarti adegan laga menjadi berkurang mutunya, bukan?

Cempaka (Christine Hakim) adalah seorang guru silat yang sudah bertobat dan mengasingkan diri ke tempat yang sepi. Namanya dikenal di dunia persilatan. Pada waktu masih muda, banyak musuh yang berhasil dikalahkannya dengan bersenjatakan tongkat emas. Prinsipnya adalah mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Prinsip itulah yang akhirnya mengorbankan cintanya terhadap sang kekasih yaitu Naga Putih. Bahkan bayinya yang baru dilahirkan pun rela tidak diasuhnya dan diberikan kepada Naga Putih. Untuk mencapai prinsip itu dia belajar ilmu silat terus kepada sang guru.
Musuh-musuh yang dikalahkan menorehkan luka di hati Cempaka. Untuk menebus itu maka anak-anak kecil dari sang musuh diambil untuk diasuhnya sebagai anaknya sendiri dengan harapan bisa mengubah sifat jahat dari orang tuanya. Bagaikan memelihara anak-anak macan di dalam rumah. Ada tiga orang yang berasal dari anak-anak musuhnya yaitu Biru (Reza Rahadian), Gerhana (Tar Basro) dan Dara (Eva Celia) sedangkan satu orang lagi yaitu Angin (Aria Kusumah) karena dibuang oleh orang tuanya.

Skenario cerita menunjukkan kelemahannya karena tidak menceritakan hubungan keempat saudara ini sebagai hubungan yang harmonis atau tidak sebelum terjadi pertikaian sehingga penonton tidak bisa membaca karakter masing-masing. Pertikaian terjadi karena Cempaka ingin mewariskan tongkat emas dan jurus terakhir kepada salah satu muridnya. Murid yang terpilih adalah Dara. Cempaka ingin mengajari Dara di tempat yang jauh dibantu dengan Angin yang akan mengobati Cempaka karena dirinya sakit.

Cempaka sebenarnya diracun oleh Gerhana yang bersekongkol dengan Biru karena ingin menguasai tongkat emas. Cempaka sendiri rupa-rupanya sudah curiga akan hal itu sehingga memilih Dara sebagai pewarisnya dan juga Angin. Kenapa Angin? Karena jurus terakhir tongkat emas membutuhkan dua orang sebagai pemakainya.

Dalam perjalanan ke tempat jauh, Cempaka berhasil dibunuh oleh Biru dan Gerhana. Dara, Angin dan tongkat emas jatuh ke dalam jurang tapi berhasil diselamatkan oleh Elang (Nicholas Saputra). Biru dan Gerhana menyebarluaskan pada dunia persilatan bahwa Dara dan Angin telah membunuh Cempaka dan merebut tongkat emas. Bahkan mereka merayu untuk masuk menjadi anggota perguruan sayap merah namun diam-diam mereka meracuni ketuanya. Setelah sang ketua tewas maka Biru memproklamirkan dirinya menjadi ketua dan mengubah nama perguruan menjadi tongkat emas. Dara dan Angin menjadi buronan dimana-mana.

Suatu ketika keberadaan Dara yang tinggal disebuah desa kecil diketahui oleh anak buah Biru sehingga seluruh desa diobrak-abrik dan dianiaya. Angin yang tidak tega melihat itu akhirnya mengorbankan dirinya untuk ditangkap. Kelemahan skenario terjadi ketika seorang bapak mengatakan bahwa Biru menginginkan barter Angin dengan tongkat emas. Padahal Biru tidak pernah datang ke tempat tersebut. Kesalahan kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Lalu Dara melakukan barter di suatu tempat untuk membebaskan Angin. Walaupun barter sudah berhasil namun Biru tetap mengejar mereka dan Angin berhasil dibunuh. Dara ingin membalas dendam namun dicegah oleh Elang karena ilmunya dirasa belum cukup memadai untuk melawan mereka. Elang menceritakan rahasia dirinya dan Naga Putih yang sedang dicari oleh Dara. Naga Putih adalah orang tua Elang dan berarti Cempaka adalah ibunya Elang. Naga Putih kini sudah tiada namun mewariskan jurus terakhir tongkat emas kepada Elang. Jurus terakhir ini harus dilakukan oleh dua orang sekaligus.

Elang mengajari Dara jurus terakhir tongkat emas. Setelah matang maka mereka menyerang Biru dan Gerhana di perguruannya. Pertarunganpun terjadi dan dimenangkan oleh Elang dan Dara namun anak mereka melihat kekalahan orang tuanya. Darapun mengambil anak tersebut untuk diasuh. Skenario yang lemah, tidak ada penunjuk waktu kapan pertarungan terjadi atau tertulis 5 tahun kemudian. Namun Biru dan Gerhana tiba-tiba sudah mempunyai anak seumuran 5 tahun.

Pemilihan Eva Celia kurang tepat menurut penulis karena terlalu muda dan terlalu lemah serta tidak bertenaga dalam berkelahi. Cara memegang tongkat dan cara ketika berlatih terlihat belum piawai. Permainan Nicholas Saputra cukup bagus dan dalam berkelahi sepertinya sudah ahli. Yang mencuri perhatian penulis adalah sosok Angin yang masih kecil namun dapat bermain dengan bagus dan cara berkelahinya juga baik. Satu lagi yang baik sekali main silatnya adalah anak dari Biru dan Gerhana. Walaupun dimunculkan hanya dipenutup film namun setidaknya gerakan silatnya ala Wong Fei Hung lebih bagus dari pemain-pemain lainnya.


Secara umum kualitas film ini masih jauh dibawah film silat mandarin pada umumnya. Gerakan-gerakannya masih kaku dan tidak terarah. Jauh dari unsur seni dan keindahan seperti film silat mandarin. Walaupun konon sudah mendatangkan ahli silat dari China namun tidak ada keunggulannya. Mau tidak mau penulis harus membandingkan dengan film silat dari China karena merekalah jagonya. Apalagi jurus terakhir ilmu tongkat emas yang digadang-gadang sebagai jurus pamungkas ternyata hanya seperti itu saja, tongkat yang diputar-putar keatas dan kebawah, itu saja. Seharusnya bisa dibuat yang lebih indah dan lebih berbobot serta lebih bagus lagi.

Wednesday 7 January 2015

Night at the Museum 3 : Secret of the Tomb


Night at the Museum: Secret of the Tomb
-----------------------------------------------------

Film ini merupakan seri ketiga dari serial Night at the Museum dengan bintangnya Ben Stiller. Seri pertama berjudul Night at the Museum dibuat pada tahun 2006 dengan budget sekitar $100 juta dan menghasilkan pendapatan $574 juta lebih. Seri kedua berjudul Battle of the Smithsonian dibuat pada tahun 2009 dengan budget $150 juta namun pendapatannya menurun $413 juta lebih. Sedangkan seri ketiga ini dibuat dengan budget $127 juta.

Larry (Ben Stiller) saat ini didapuk menjadi kepala bagian hiburan malam di museum merangkap sebagai satpam juga. Pada launching acara tersebut diadakan pertunjukkan yang melibatkan benda-benda museum yang hidup misalnya Roosevelt dengan kudanya, kera Dexter dll. Mereka bisa hidup karena sebuah tablet milik Ahkmenrah (Rami Malek). Tablet ini berupa lempengan emas mirip puzzle dalam bingkai. Disaat yang sama tablet mengalami korosi atau karat sehingga mengakibatkan benda-benda yang hidup menjadi tidak terkontrol. Alhasil acara launching menjadi berantakan.

Larry berusaha mencari tahu tentang sejarah tablet dan dari foto didapatkan nama Cecil yang masih anak-anak waktu itu. Cecil ternyata adalah mantan satpam di museum itu yang sudah pensiun dan sekarang tinggal di panti jompo. Larry menemuinya dan menceritakan masalah tablet yang karatan dan disarankan untuk menemui orang tua Ahkmenrah yang berada di museum London.

Larry dan Nick, anaknya pergi ke museum London dengan berpura-pura mengirim barang. Padahal isinya adalah Roosevelt, Ahkmenrah, Laa, Dexter, Octavius, Sacajawea dan Jedediah. Berhubung tablet dibawa maka benda-benda disana ikut menjadi hidup misalnya Lancelot, binatang dinosaurus dll. Orangtua Ahkmenrah ditemukan dan diperoleh keterangan bahwa tablet sebenarnya perlu di charge karena hampir habis. Untuk itu perlu dihadapkan kepada bulan saat bersinar. Sayangnya tablet diambil oleh Lancelot untuk dipersembahkan ke ratu Guinevere.

Larry berhasil merebut tablet dan membawanya agar terkena sinar bulan sehingga tercharge sehingga selamatlah semua benda-benda dan tidak menjadi patung. Larry memutuskan untuk meninggalkan Ahkmenrah agar bisa tinggal bersama orang tuanya termasuk juga tabletnya.

Film ketiga ini bisa dikatakan kurang menarik karena tidak ada hal baru dan bisa membuat orang tertawa. Semuanya sudah pernah terjadi pada seri-seri sebelumnya. Termasuk juga binatang dinosaurus walaupun tipenya beda namun tetap sama konsepnya tulang belulang dan raksasa.

Humor-humornya juga terasa garing dan bahkan Ben Stiller yang biasanya tampil lucu sekarang terasa serius sekali. Mizuo Peck yang cantik rasanya hanya sebagai pemanis tayangan saja dan tidak ada kontribusinya. Rasanya kurang rekomended untuk tontonan merayakan Natal dan tahun baru.


The Hobbit 3 : The Battle of the Five Armies


The Hobbit : The Battle of the Five Armies
-----------------------------------------------------

Film the Hobbit dibuat berdasarkan novel berjudul sama dan dibuat pada tahun 1937. The Hobbit dibuat dengan model trilogy yang terdiri dari tiga film yaitu An Unexpected Journey, The Desolation of Smaug dan The Battle of the Five Armies. Sebenarnya bukunya sendiri hanya satu buah saja, berbeda dengan The Lord of The Rings yang bukunya memang ada tiga buah.

Kisah dimulai dengan lepasnya naga Smaug dari kediamannya di kerajaan Erebor yang merupakan tempat harta karun emas. Dia terbang membalas dendam dengan menyerang kota danau yang tempatnya berdekatan dengan kerajaan Erebor. Semuanya hancur dan hangus terbakar akibat semburan api yang tidak bisa ditahan. Bard (Luke Evans) yang berada di penjara berhasil lolos dan melakukan perlawanan seorang diri karena penduduk lainnya pada sibuk melarikan diri. Anak panah Bard tidak ada yang berhasil melukai naga Smaug karena kulitnya yang keras dan kebal terhadap senjata. Di saat kritis akan disembur api dan kehabisan anak panah maka Bard mengambil besi yang ada di patung monumen dan membidik bekas luka di dada naga Smaug. Naga Smaug berhasil dibunuh.

Bard memimpin penduduk kota danau mengungsi di kota Dale, sebuah kota kosong yang berada tepat di dekat pintu gerbang kerajaan Erebor. Rupa-rupanya kedatangan mereka tidak disukai oleh Thorin (Richard Armitage) yang sekarang menjadi raja Erebor. Harta karun yang melimpah membuat silau mata Thorin sehingga pikirannya hanya tentang harta melulu. Bilbo (Martin Freeman) yang berada di kerajaan menyadari akan hal itu dan menyebutnya sebagai penyakit naga karena sang naga juga mengalami hal yang sama, tamak akan harta karun.

Kematian naga Smaug membuat semua pihak melirik ke kerajaan Erebor terutama harta karunnya. Bard menagih janji Thorin yang akan memberikan sebagian hartanya apabila berhasil menjadi raja. Peri Thranduil juga menginginkan benda pusaka berupa perhiasan milik bangsa peri yang pernah diambil oleh naga Smaug dan kini berada di kerajaan Erebor. Thorin yang sudah dibutakan oleh harta karun tidak mau memberikan permintaan itu kepada Bard dan peri Thranduil sehingga mereka mengancam akan terjadi perang. Gandalf muncul dan berusaha mendamaikan namun usahanya sia-sia.

Disaat yang sama Thorin juga mencari benda pusaka milik kerajaan Erebor yaitu batu Oakenshield diantara tumpukan harta karun. Bilbo ternyata sudah mengambilnya lebih dahulu dari naga Smaug ketika masih tinggal disana. Bilbo ingin memberikannya kepada Thorin tapi mengingat akal pikiran yang sudah berubah maka tidak jadi diberikan karena kuatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Bilbo merasa tidak nyaman dengan peperangan yang akan terjadi karena yang namanya perang pasti akan menimbulkan banyak korban. Untuk itu Bilbo diam-diam keluar dari kerajaan dan menemui pihak Bard dan peri Thranduil. Bilbo mengusulkan untuk menukar batu Oakenshield yang berada ditangannya dan perhiasan bangsa peri yang ada di tangan Thorin.

Bard dan peri Thranduil serta pasukan peri sudah berada di gerbang kerajaan Erebor. Bard meminta jatahnya dan ingin menukar batu Oakenshield dan perhiasan bangsa peri. Thorinpun murka dan tetap tidak mau bahkan ingin mencelakai Bilbo yang dianggap sebagai pengkhianat. Untunglah Gandalf mampu membujuknya sehingga Bilbo bisa lolos. Tak disangka sepupu Thorin yaitu Dain ironfoot membawa pasukan kurcaci untuk melawan bangsa peri. Mereka semua sudah berhadap-hadapan.

Tak disangka, datang pasukan Orc yang dipimpin oleh Azog yang berada dipuncak bukit. Akhirnya mau tak mau Dain dan pasukan kurcaci melawan mereka. Thranduil dan pasukan peri juga berperang melawan pasukan Orc. Bard berusaha menyelamatkan wanita dan anak-anak karena pasukan Orc juga menyerang kota Dale.

Beorn yang berupa beruang bersama pasukan elang datang membantu untuk melawan pasukan Orc. Terjadi pertarungan antara Bolg dengan Legolas (Orlando Bloom) dan Tauriel (Evangeline Lilly) dimana sebelumnya Bolg berhasil membunuh Kili, pacar Tauriel. Demikian juga terjadi pertarungan antara Azog dengan Thorin dan keduanya sama-sama tewas.
Perang telah usai dengan membawa banyak korban. Legolas tidak ingin kembali ke kerajaan peri dan disarankan Thranduil untuk menemui Dunedain yang biasa dikenal dengan sebutan Strider. Strider adalah Aragorn. Gandalf mengantar Bilbo kembali pulang ke desa Shire. Namun para tetangga menganggap bahwa Bilbo sudah mati karena tidak ada kabarnya selama berbulan-bulan sehingga perabotan rumahnya dilelang.

Film seri ketiga ini kurang menarik mengingat hanya berisi perang yang monoton dan tidak ada hal-hal baru dalam pertarungannya. Bahkan kesan pasukan Orc yang ganas bisa dengan mudah dikalahkan oleh kurcaci yang kecil. Lima pasukan yang dimaksud dalam judul film juga cukup membuat bingung penulis. Bisa dilihat hanya ada tiga pasukan yaitu pasukan kurcaci, pasukan peri dan pasukan Orc yang benar-benar pasukan tentara. Pasukan manusia ? rasanya bukan, karena Bard tidak mempunyai pasukan tentara perang melainkan hanya korban yang berisi manusia-manusia lemah. Pasukan Beorn ? rasanya kurang tepat kalau beruang dan burung-burung dianggap pasukan dan aksi mereka yang hanya sebentar dan tidak jelas.


Spesial efeknya biasa saja dan pertarungan serta perkelahiannya juga standard padahal seharusnya sebagai film pamuncak standardnya harus lebih tinggi lagi dari yang sebelumnya. Sekali lagi peran Evangeline Lilly mampu menyita perhatian karena begitu menghayati peran yang ada. Peran Martin Freeman juga cukup baik yang menunjukkan kedewasaannya. Sayangnya sebagai yang punya judul, peran Bilbo dalam film ini kurang banyak dan kurang menonjol.