Thursday, 26 April 2012

Angkara Murka (3D)



Angkara Murka (3D)
----------------------------

Film ini merupakan film Indonesia dengan tata visual 3D (3 Dimensi) yang pertama kalinya dalam sejarah perfilman nasional. Dibintangi oleh pemain campuran yaitu lokal dan asing dengan menggunakan bahasa Inggris dalam dialognya walaupun sesekali ada celetukan-celetukan dalam bahasa Indonesia. Michael Pare berperan sebagai Jack, Janna Fassaert berperan sebagai Skylar, Monica sayangbati berperan sebagai Tamal. Disutradarai oleh Brian Yuzna yang lahir di Philipina dan sekarang tinggal di Amerika. Film ini diedarkan secara International dengan judul Amphibious 3D.

Film bercerita tentang wanita bernama Skylar yang menyewa kapal milik Jack yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai seorang penyelundup. Jack berhubungan dengan orang yang tinggal di jermal dan sekaligus mempekerjakan anak-anak dibawah umur. Jermal adalah tempat penangkapan dan pengolahan ikan di tengah lautan yang jauh dari daratan. Tamal dan Aris merupakan dua bersaudara yang sengaja dijual oleh sang kakek pada boss jermal. Konflik pun terjadi didalam jermal.

Ide cerita yang dibuat serba tanggung apakah mengangkat tema science atau tema mistik, semuanya tidak mencapai puncak. Tema science ditampilkan dengan dialog adanya tsunami, makhluk purba dan jabatan profesor. Sedangkan tema mistik digambarkan dengan adanya kalung, dukun dan mantera-mantera. Namun mau dibawa kemana arahnya karena keduanya tidak jelas.

Akting Skylar kurang maksimal dan tidak ditampilkan adanya penelitian atau laboratorium atau sesuatu yang menunjukkan keahliannya sebagai profesor. Semua adegan lebih cenderung skylar sebagai seorang turis yang sedang jalan-jalan. Akting Jack biasa saja dan tidak menunjukkan hal yang bagus. Akting Tamal juga biasa dan cenderung kaku.

Entahlah mengapa judul internationalnya menjadi Amphibious padahal kalau diterjemahkan menjadi bersifat ampibi yaitu bisa didarat dan bisa dilaut. Padahal sang monster pergi ke darat hanya ke jermal saja bukan ke pantai atau tempat darat lainnya. Sebaiknya memakai judul giant scorpion yang berarti kalajengking raksasa karena memang bentuk monsternya adalah kalajengking.

Kekurangan dalam film ini yaitu gambar agak buram dalam arti tidak jelas dan tidak fokus. Seperti kita melihat koleksi foto tahun 70’ an saat ini maka akan terlihat kusam dan kekuning-kuningan. Unsur 3 dimensi juga seolah-olah digarap dengan teknologi lama bukan teknologi baru. Tidak ada teknik atau adegan yang menggoda mata dengan ke 3 dimensiannya. Jadi kalaupun menonton film ini tidak dengan 3D maka tidak ada pengaruhnya karena tidak memiliki kelebihan-kelebihan khusus.

Saat adegan kematian Aris di depan Tamal maka terlihat Aris masih bernafas dengan tanda perutnya naik dan turun. Seharusnya kan tahan napas dulu beberapa saat. Kekurangan lainnya yaitu ketika adegan kapak dilempar ke dalam ruangan namun pada adegan berikutnya kapak sudah berada diluar. Api yang membakar lantai kayu secara melingkar pada sekeliling monster ternyata di akhir film lantai tersebut tidak terbakar. Moster yang semula digambarkan dengan ganas menyerang orang-orang di jermal ternyata pada sesi terakhir monster diam saja tidak melawan seolah-olah patung saja. Dan dengan gampangnya sang monster mati. Padahal capit dan ekor adalah senjata yang mematikan. Pada saat kapal terlepas ikatannya di jermal dan menjauh ke laut, bagaimana skylar bisa kembali ke daratan tanpa kapal tsb.

Masih banyak kekurangan dalam film ini namun setidaknya unsur 3D merupakan hal baru di perfilman nasional.

Tuesday, 24 April 2012

Battleship



Battleship
--------------

Sebuah film yang terilhami oleh game klasik berjudul sama produksi Hasbro. Dibintangi oleh Taylor Kitsch sebagai Alex Hopper, Liam Neeson sebagai Shane dan Rihanna sebagai Raikes. Sebuah pepatah mengatakan kami akan datang ke planet lain atau penghuni planet tsb yang akan datang ke bumi, itulah yang akan terjadi.

Dikisahkan ada latihan perang-perangan kapal International yang tergabung dalam RIMPAC (Rim of the Pacific Exercise) diantaranya adalah Amerika, Jepang dan dan lain-lain termasuk Malaysia yang disebutkan dalam salah satu dialognya. Sayangnya nama Indonesia tidak masuk didalamnya. Alex termasuk orang yang bermasalah sehingga nyaris dipecat. Para ilmuwan Nasa ingin menjalin komunikasi dengan suatu planet yang jauh letaknya, dengan cara mengirim sinyal ke planet tsb. Bukannya mendapat jawaban dari planet tsb melainkan langsung mengirimkan pasukan perangnya ke bumi.

Taylor Kitsh memainkan karakternya biasa saja bahkan saya sedikit terkejut, ternyata tampilan tubuhnya agak pendek dan tidak seatletis saat main dalam film John carter. Mau tidak mau pikiran saya masih terngiang sosok John Carter yang gagah berani dan heroik karena waktu tayangnya yang hampir bersamaan.

Rihanna bermain hanya sebagai pemanis saja dan tidak ada hal istimewa yang ditampilkan. Ups…nanti dulu, sebenarnya yang dipakai sebagai pemanis adalah Brooklyn Decker yang berperan sebagai Samantha, kekasih Alex. Lalu Rihanna sebagai apa ? Anggap saja sebagai pemanis yang tidak manis.

Menonton film ini hampir nyaris sama dengan film-film yang diputar sebelumnya misalnya transformer, independent day, predator dan sejenisnya. Tidak banyak teknologi baru yang ditampilkan baik secara teknik maupun secara special efek. Hanya satu yang sedikit berbeda yaitu tembakan pesawat aliens yg tidak langsung mengebom kapal melainkan menjulang keatas lebih dulu baru turun menghujani kapal. Itupun tidak langsung meledak melainkan menancap dulu beberapa saat baru meledak.

Seperti film science fiction hollywood pada umumnya maka 30 menit diawal merupakan bagian yang lambat dan sedikit membosankan. Makhluk aliens masih belum menampakkan diri, pertempuran dan tembak-menembak masih belum terjadi.

Tuesday, 17 April 2012

War of The Arrows



War of The Arrows
--------------------------

Tahun-tahun terakhir ini di Indonesia mengalami “serbuan” dari negara Korea. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi dalam bidang elektronika, audio dan visual serta otomotif kita melihat merek-merek Korea sudah membanjiri pasar Indonesia. Demikian juga yang berupa budaya baik yang berupa lagu, band, sinetron dan film sudah menginfiltrasi masyarakat Indonesia baik yang muda maupun yang tua. Sehingga muncullah istilah demam K-Pop dan salah satunya adalah film ini yang masuk ke Indonesia.

Film ini mempunyai latar belakang pendudukan bangsa Manchu dinasti Qing (China) terhadap dinasti Joseon (Korea) di tahun 1636. Dikisahkan ada dua orang kakak beradik yaitu Nam Yi (Park Hae Il) dan Ja In (Moon Chae Won) yang melarikan diri saat keluarga dan desa mereka diserang oleh tentara Manchu. Lalu tinggal di sebuah keluarga yang merupakan sahabat karib dari sang ayah. Pada saat dewasa Ja In dinikahkan dengan Seo Goon (Kim Mu Yeol) yang merupakan putra dari keluarga tsb. Sayangnya tepat pada hari pernikahan itu tentara Manchu menyerang desa dan menahan Ja In dan Seo Goon beserta penduduk lainnya sebagai tawanan. Nam Yi yang pada saat itu berada di luar desa datang terlambat. Dengan susah payah Nam Yi berusaha mengejar dan menyelamatkan adiknya yang dibawa oleh tentara Manchu dengan bermodalkan senjata panah.

Cerita yang ditampilkan biasa-biasa saja dan standard. Dialog dan mimik wajah pada hampir semua pemain terlihat kaku seperti pada tipikal film korea lainnya. Alur cerita yang bisa ditebak. Ada unsur yang terlalu dipaksakan yaitu dengan kemunculan harimau yang menolong disaat Nam Yi terdesak dan terpojok.

Karakter Nam Yi sangat lemah dan tidak konsisten. Di awal diceritakan bahwa suka mabuk dan berkelahinya biasa-biasa saja. Bahkan sang ayah angkat sempat menegurnya. Namun secara tiba-tiba, entah dapat mukjizat dari mana bisa menjadi seorang pemanah yang ulung padahal latihan saja tidak pernah. Upaya pencarian mati-matian untuk menemukan sang adik seolah-olah mempunyai hubungan dan jalinan yg rekat. Namun di awal ditunjukkan bahwa sang kakak cuek dan tidak menghadiri perkawinan sang adik. Tidak ada aura kerekatan antara kakak dan adik sehingga hubungan yang ada tidak begitu jelas.

Karakter Ja In juga lemah. Di satu pihak merupakan wanita biasa namun dilain pihak tiba-tiba menjadi ahli panah padahal tidak pernah latihan. Tidak ada penampilan yang bisa membuat penonton muncul emosinya padahal seharusnya bisa lebih dieksplorasi.

Film ini bukan film silat atau kungfu karena tidak ada adegan perkelahiannya atau duel satu lawan satu. Film ini bukan film perang karena tidak ada pertarungan prajurit dengan prajurit atau pasukan dengan pasukan secara battle. Film ini juga bukan film drama karena tidak ada emosi yang bisa dibangun buat penonton. Film ini hanya sekedar tontonan saja.

Hanya ada satu adegan yang menarik menurut saya yaitu pada saat Nam Yi mengendarai kuda dan sedang dibidik hendak dipanah oleh pemimpin tentara Manchu. Semula Ja In berteriak-teriak untuk memperingatinya namun karena jarak yang jauh jadi tidak terdengar oleh Nam Yi. Apakah yang harus dilakukan ? Tiba-tiba dia mengambil panah, bukannya pemimpin tentara Manchu yang dipanah melainkan kuda yang ditunggangi oleh Nam Yi.

Jangan dibandingkan dengan film mandarin karena masih lebih unggul film mandarin baik dari segi tema, teknik, peran dan spesial efek.

Monday, 16 April 2012

The Howling : Reborn



The Howling : Reborn
-------------------------------

Novel The Howling seri pertama dibuat oleh Gary Brandner pada tahun 1977 dan sudah pernah difilmkan dalam berbagai versi. Sayangnya film yang dibuat banyak yang tidak sesuai dengan novelnya, salah satunya adalah film The Howling dengan sutradara Joe Dante. Novel The Howling seri kedua yang berjudul The Howling II: The Return dibuat pada tahun 1979. Sekarang ini novel tersebut diadaptasikan ke dalam film dengan judul The Howling: Reborn oleh sutradara Joe Nimziki.

Kisah ini dimulai dari seorang remaja pria yang bernama Will Kidman yang diperankan oleh Landon Liboiron. Hidup dengan ayahnya sendirian karena ibunya saat mengandung telah meninggal dunia karena dibunuh. Untungnya Will selamat. Kini dia sudah dewasa dan berusia 18 tahun. Merupakan siswa SMA kelas 3 dan akan menghadapi kelulusan. Termasuk anak yang alim dan pemalu sehingga saat menaksir seorang cewek bernama Eliana (Lindsey Shaw), dia tidak berani mengutarakannya hanya menggambar wajahnya saja dari jauh.

Cerita film ini agak membingungkan. Dikisahkan diawal bahwa ibunya telah meninggal dunia karena dibunuh namun tidak disebutkan siapa pembunuhnya. Namun tiba-tiba ibunya muncul ditengah-tengah cerita, mengapa bisa hidup kembali ? Bila ibunya dibunuh oleh manusia biasa maka akan mati, demikian juga bila dibunuh oleh manusia serigala maka seyogyanya ibunya juga mati. Kecuali serigala hanya menggigit maka ibunya akan menjadi hidup walaupun menjadi manusia serigala. Jadi kalaupun ibunya hidup maka tidak perlu menghilang sedemikian rupa. Alternatif lain adalah ibunya merupakan seorang manusia serigala sehingga menurun kepada Will. Namun ingat bahwa manusia serigala hanya bisa mati karena perak atau api atau dibunuh manusia serigala lainnya. Nah kalau ide ini yang diambil maka jelas ibunya akan mati.

Kebingungan lainnya adalah mengapa suaminya tidak mengenal istrinya lagi walaupun hanya berbeda rambut pendek dan rambut panjang. Padahal suaminya termasuk tipe yang setia. Pertanyaan berikutnya adalah mengapa suaminya sendiri dibunuh mengingat suaminya tidak melakukan kesalahan apapun. Kalau alasannya hanya sekedar karena melepas cincin kawin yang selama ini dipakai, kok rasanya terlalu dipaksakan ceritanya. Atau bila alasannya karena mengajari Will hidup sebagai manusia, kok rasanya terlalu berlebihan. Kan ayahnya tidak tahu kalau Will adalah manusia serigala. Pertanyaan terakhir yaitu mengapa sang ibu tega ingin membunuh anaknya. Suatu pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena ini adalah sebuah tontonan dan bukan sebuah hiburan.

Kekurangan dalam film ini tampak jelas pada luka di leher Will yang semula panjangnya kurang lebih 10 cm namun pada suatu saat tampak menjadi pendek sekitar 3 cm. Demikian juga tampak nama sang sutradara Joe Nimziki pada buku yang diambil oleh Will di perpustakaan, seolah-olah dia pengarang buku tsb.

Film ini sepertinya ingin meniru film Twilight dari segi cerita dengan latar belakang sekolahan namun sayangnya tidak pas. Juga kisah cinta antara Will dan Eliana yang ingin disamakan dengan film Twilight namun lagi-lagi kalah dalam segi tema ceritanya.

Kalau anda menyukai santapan popcorn maka setelah selesai makan, anda tidak merasakan nikmat dan lezatnya sebuah santapan melainkan hanya perut sudah terisi. Film ini adalah film instant popcorn artinya film yang tidak ada manfaatnya sekeluar dari gedung bioskop. Tonton, pulang dan tidur.

Monday, 9 April 2012

Act of Valor



Act of Valor
-----------------

Film ini diperankan oleh anggota angkatan laut Amerika Serikat (US Navy Seals-United States Navy Sea, Air and Land) asli, yaitu pasukan khusus angkatan laut yang disiapkan untuk melakukan operasi tempur non konvensional termasuk melawan terorisme. Ceritanya sendiri berupa fiksi namun diinspirasi oleh kejadian-kejadian nyata yang pernah terjadi. Senjata dan peralatan perang adalah asli yang digunakan oleh anggota Navy Seals. Film ini dibuat dengan biaya 12 juta dollar dan dalam satu minggu tayang sudah menghasilkan 24 juta dollar, sebuah keuntungan sudah didepan mata.

Sesi pertama adalah sebuah tugas yang dipimpin oleh Rorke dan Dave untuk menyelamatkan seorang sandera wanita bernama Roselyn Sanchez yang merupakan agen rahasia Amerika di Costarica. Sesi kedua adalah perburuan Abu Shabal yang merupakan gembong teroris dan Christo yang merupakan penyelundup manusia. Digambarkan secara normal dan wajar serta tidak berlebihan.

Film ini bisa dikatakan sebagai sebuah film semi dokumenter dengan adanya pembacaan narasi oleh Rorke. Bisa juga dikatakan sebagai semi video game perang-perangan karena cara pengambilan gambar yang memperlihatkan ujung senapan serta hologram yang menunjukkan nama dan pangkatnya.

Kekurangan bisa ditemukan dari dialog yang dilakukan secara kaku. Mungkin ini adalah hal yang wajar karena pemainnya bukanlah aktor yang sebenarnya melainkan orang awam dalam hal acting. Namun demikian hal tsb bisa tertutup oleh sinematografi yang baik dan bagus. Apalagi ini film perang yang menomorsatukan tembak-menembak dan bukan film drama yang menomorsatukan dialog.

Prosedure yang ditayangkan adalah asli misalnya saat mengkonfirmasi dengan sandera yaitu memberi pertanyaan secara pribadi terkait dengan ibu kandung dan masa kecilnya. Karena jawabannya benar maka status konfirm. Tak tik yang digunakan juga asli misalnya saat penyerbuan maka ada tim penyerbu, tim pengintai dan tim sneaper. Strategi yang dipakai juga asli dengan membunuh satu per satu lawan dari sisi luar tanpa mengeluarkan suara ramai. Tim penyelamat sebagai rencana untuk mengeluarkan sandera.

Uniknya, nama Indonesia sempat disebut dalam film ini yaitu Abu Shabal sering melakukan pelatihan teroris di camp Indonesia. Ya tentu saja, karena di Indonesia sering terjadi aksi atau bom yang dilakukan oleh teroris. Jadi mau tidak mau nama Indonesia juga tersangkut. Apalagi jenis bom yang digunakan teroris mirip dgn yg ada di Indonesia yaitu dicampur dengan logam bulat yang biasa disebut gotri atau bearing.

Film ini didedikasikan untuk semua orang baik laki-laki maupun perempuan yang berkorban untuk negaranya sebagai penjaga kebebasan melawan teroris dan tirani.

Wrath of The Titans


Wrath of The Titans
----------------------------

Film ini merupakan kelanjutan dari film berjudul Clash of The Titans yang dirilis pada tahun 2010. Aktor yang bermain masih sama dengan yang sebelumnya yaitu Sam Worthington sebagai Perseus, Liam Neeson sebagai dewa Zeus dan Ralph Fiennes sebagai dewa Hades. Hanya saja Andromeda sekarang diperankan oleh Rosamund Pike padahal dulunya oleh Alexa Davalos.

Perseus memilih hidup menjadi seorang nelayan yang sederhana dan tenang disebuah desa. Dengan merahasiakan jati dirinya bahwa dia adalah manusia setengah dewa termasuk terhadap anaknya sendiri yang bernama Helius. Bahkan Helius lebih sering di ajar bagaimana menjadi seorang nelayan dari pada menjadi seorang petarung.

Kesetiaan dan Pengkhianatan selalu ada dalam suatu peperangan. Demikian juga dalam film ini, Zeus dan Poseidon melawan Hades serta Ares yang tak lain adalah anak Zeus sendiri. Serta Kronos yang merupakan ayah dari Zeus, Poseidon dan Hades berada pada pihak lawan. Sedikit terungkap bahwa kronos sebelumnya pernah dikudeta oleh anak-anaknya tsb dan dipenjara disebuah tempat bernama Tartarus yang berada dalam neraka. Zeus meminta tolong kepada Perseus untuk membantunya mengalahkan lawan. Hal ini berarti harus mengalahkan Hades, Ares dan Kronos yang notabene adalah seorang dewa full.

Monster yang ditampilkan termasuk baru yaitu Chimera, monster seperti naga berkepala dua, kepala yang satu mirip singa dan kepala yang kedua mirip domba. Memiliki sayap untuk terbang dan ekor yang berupa ular. Monster ini dapat menyemburkan api. Monster lainnya adalah Makhai, sosok prajurit perang kembar siam. Mempunyai dua kepala dan empat tangan yang bergerak dengan cepat. Monster berikutnya adalah Kronos, yaitu raksasa dengan tubuh berbalut api yang dapat melontarkan api.

Ada juga monster yang sudah sering kita lihat pada film-film lainnya seperti Cyclops yaitu raksasa bermata satu. Pegasus yaitu kuda yang mempunyai sayap dan bisa terbang. Minotaur yaitu makhluk setengah manusia dan setengah kerbau.

Pedang yang digunakan dulu pada saat seri ke-1 ternyata disimpan di tanah diluar rumah dan gampang dibuka atau ditemukan. Seharusnya sebagai barang berharga dan merupakan icon dari Perseus maka disimpan didalam rumah dan tersembunyi. Dewa-dewa yang tingginya sebesar manusia seharusnya ditampilkan lebih tinggi dari manusia itu sendiri alias raksasa. Bulu sayap pegasus masih utuh saat terbang menerobos kronos yang berbalut api, seharusnya ada bulu yang terbakar atau cedera.

Mungkin karena cerita yang dipaksakan atau dalam bahasa kasarnya suka-suka yang bikin film dong maka semua dianggap sah. Misalnya Ares yang merupakan Dewa bisa dikalahkan oleh manusia setengah dewa. Kronos yang maha sakti bahkan Zeus dan Hades pun tidak bisa mengalahkannya ternyata bisa kalah oleh manusia setengah dewa. Dewa-dewa yang sebelumnya tidak bisa mati ternyata bisa mati juga termasuk Zeus, Poseidon dan Ares.

Film ini tidak lebih bagus dari sequel sebelumnya dari sisi spesial efek maupun ide cerita yang diusung. Kalaupun lebih, itu disebabkan karena unsur 3 Dimensi yang ditawarkan. Untuk sebuah hiburan, tidak ada salahnya menonton film ini yang kemungkinan ada seri ketiganya.

Thursday, 5 April 2012

John Carter


John Carter
----------------

Satu lagi film yang diadaptasi dari novel berjudul A Princess of Mars hasil buah karya Edgar Rice Burroughs yang dirilis pada tahun 1931. Film yang dibuat dengan budget 250 juta dollar sangat ditunggu-tunggu penghobi dan penikmat film. Apalagi sang aktor Taylor Kitsch yang memerankan John Carter sempat dipalak di Indonesia oleh petugas imigrasi.

John Carter adalah mantan tentara Amerika yang hidupnya terlunta-lunta akibat ditinggal mati oleh istrinya. Bahkan untuk membeli makanan saja sampai berhutang pada pemilik bar. Sempat dipenjara oleh tentara Amerika divisi lain. Obsesinya untuk mencari emas walaupun tak sengaja akhirnya membuatnya pindah melalui teletransportasi ke planet Mars atau yang dikenal dengan nama Barsoom.

Di planet Barsoom ternyata terjadi peperangan antara Zodagan dan Helium sedangkan John Carter berada ditengah-tengahnya. Sebuah pilihan yang harus dipilih apakah mau menolong dan menjadi pahlawan di negeri lain ataukah menjadi orang yang terlunta-lunta di negeri sendiri alias bumi. Pilihan itulah yang diceritakan secara flashback.

Bentuk pesawat terbang digambarkan cukup berbeda dengan yang ada di film-film lainnya. Demikian juga bentuk anjing dan makhluk hijau aliens bertangan 4. Tata busana dan fashion yang dipakai oleh bangsa helium sangat menarik.

Beberapa hal yang sedikit mengganggu yaitu dalam film disebut-sebut tidak adanya gravitasi yang mengakibatkan John bisa meloncat-loncat. Pertanyaannya adalah mengapa loncatannya bisa setinggi pesawat terbang padahal di awal film loncatannya hanya sejengkal saja? Mengapa pada adegan berikutnya bisa berjalan normal seperti ada gravitasi? Mengapa tiba-tiba mempunyai kekuatan super ? Demikian juga mengapa John bisa bernafas secara normal di planet Mars ? Mungkin jawaban gampangnya adalah ini kan hanya sebuah film jadi sah-sah saja untuk membuatnya seperti itu.

Ada cerita yang terlalu dipaksakan yaitu pada saat John dikembalikan ke bumi oleh Matai Sang, pemimpin Thern. Berarti merupakan suatu kemenangan bagi Matai Sang dan suatu kekalahan bagi John. Untuk apa Matai Sang mengejar kembali ke Bumi ? Toh si John sudah kalah dan tidak bisa kembali ke Barsoom.

Sebuah tontonan yang cukup enak dilihat dan menghibur walaupun wajah pemain-pemainnya kurang familiar di sini.

Point Blank


Point Blank
-----------------

Jarang sekali film buatan Perancis yang beredar di sini jadi tidak ada salahnya bila anda menambah wawasan dengan menonton film selain buatan Hollywood. Judul asli film ini adalah a bout portant yang bisa diartikan sebagai terus terang. Konon film-film dari Perancis adalah yang paling banyak yang diadopsi atau di remake menjadi film Hollywood.

Film ini berkisah tentang seorang asisten perawat bernama Samuel Pierret (Gilles Lellouche) yang secara tak sengaja memergoki seseorang yang ingin membunuh seorang pasien yang sedang dijaganya. Pasien tsb ternyata adalah gembong kriminal bernama Sartet (Roschdy Zem) yang merupakan buronan polisi juga. Lalu siapakah yang ingin membunuhnya ? Mau tak mau Samuel ikut terlibat dalam aksi skandal ini.

Ide yang diceritakan dalam film ini sebenarnya sudah banyak kita lihat dalam film-film lainnya sehingga bukan sesuatu yang baru. Kisah tentang orang awam yang akhirnya terlibat dalam aksi pertarungan sudah seringkali tampil misalnya yang ekstrem yaitu film die hard nya Bruce Willis. Juga kisah tentang buronan yang berani masuk ke markas polisi juga sudah ada misalnya film Public Enemies nya Johnny Depp. Kisah polisi yang korup juga sudah banyak ditayangkan juga pada film-film lainnya.

Sosok Samuel terlihat terlalu tua untuk mempunyai istri yang sedang hamil. Demikian juga ybs digambarkan akan mengikuti ujian perawat. Sebaiknya peran tsb digantikan oleh aktor lain yang lebih muda untuk mendukung performance sesuai karakter yang diharapkan. Film ini bukan film Perancis yang terbaik namun juga tidak bisa dikatakan yang terburuk.

Tuesday, 3 April 2012

The Raid


The Raid
-------------

Sebuah film lokal Indonesia yang bisa merambah kancah international. Di awal mulanya film ini berjudul serbuan maut dan seiring dengan peredarannya di luar negeri maka judulnya berubah menjadi The Raid : Redemption. Film ini sempat memenangkan penghargaan people choice dalam ajang Midnight Madness Award tahun 2011 di Toronto International Film Festival. Meraih penghargaan Audience Award dan Critics Award di Dublin International Film Festival tahun 2012.

Film ini bercerita tentang serbuan pasukan khusus terhadap sebuah gedung bertingkat yang dihuni oleh para penjahat dan para kriminal lainnya yang dikepalai oleh Tama (Ray Sahetapy). Ray bermain cukup bagus dalam mengekspresikan karakternya sebagai Tama, seorang boss mafia yang bergerak dalam bidang narkotika. Sikapnya kalem namun sifatnya menyimpan kekejaman tiada ampun. Dengan tampang slengean tapi mampu membunuh korbannya dengan memalu kepalanya langsung. Ekspresi wajah dan penampilan sangat cocok sekali untuk menjadi seorang boss bertangan dingin.

Sayangnya, skenario ceritanya lemah sekali sehingga dengan gampangnya seorang boss bertangan dingin tertangkap basah tanpa perlawanan sama sekali. Padahal diawal film Tama digambarkan sangat kejam. Seharusnya ada perlawanan atau pertarungan baik dengan senjata atau tangan kosong. Atau setidak-tidaknya kejar-kejaran dan sejenisnya. Karena ini boss penjahat lho, pimpinan dari penjahat-penjahat yang menghuni di seluruh gedung bertingkat tsb. Dialog-dialog pemainnya pun terasa kaku, kecuali Tama yang sesuai karakternya.

Film ini sudah mengalami peningkatan dari film sebelumnya yang digarap oleh Gareth Evans berjudul Merantau. Warna darah sudah lumayan bagus, tidak seperti film sebelumnya yang berwarna merah muda alias pink. Demikian juga perkelahiannya juga sudah lumayan dibanding film sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan Hollywood teknik perkelahiannya tentu masih kalah jauh. Juga bila dibandingkan dengan Mandarinwood atau Thailandwood pun masih kalah. Jadi Gareth Evans mesti harus meningkatkan lagi teknik perkelahiannya.

Beberapa perkelahian terlihat agak kaku terutama aktor figurannya. Ada yang terlihat duduk dengan menyandarkan kepala ke tembok, walaupun sudah mati. Ada preman dari daerah etnis timur tertentu yang kalau bicara bukannya terlihat seram malah terlihat lucu. Terlalu banyak teriak-teriak dalam berkelahi seperti film jaman kuno. Dalam perkelahiannya Rama yang diperankan oleh Iko Uwais hanya sekedar bak bik buk saja. Tidak ada yang bersifat seni atau art seperti pada film silat mandarin. Saya tidak melihat ada unsur pencak silat disini seperti yang digadang-gadang sebelumnya. Tidak ada gerakan slow motion dalam pertarungannya, padahal model semacam itu dapat menambah bumbu perkelahian dan keindahan pertarungan.

Ada satu adegan yang sepertinya miss, yaitu pada saat sopir diberondong tembakan didalam mobil, ternyata dilatar belakangnya ikut terekam gambar lalu lintas kendaraan yang berseliweran normal. Bayangkan ratusan peluru dimuntahkan senjata otomatis tentu akan terdengar oleh orang-orang disekitarnya dan secara normal akan mengundang perhatian untuk memanggil polisi atau aparat keamanan.

Hal-hal yang menarik adalah pada saat adegan awal yaitu ada anak kecil yang ditembak oleh Wahyu (Piere Gruno). Kemudian adegan saling menodong antara Jaka (Joe Taslim) yang menggunakan pisau dan lawannya yang menggunakan pistol. Selebihnya biasa-biasa saja.

Sosok istri Rama yang ditampilkan di sesi pembuka seharusnya tidak perlu ada karena tidak mempengaruhi cerita sama sekali. Sosok Reza yang merupakan boss dari Wahyu tidak dijelaskan lebih lanjut siapakah dia, seorang polisi kah atau penjahat lainnya atau pejabat pemerintah. Satu hal yang cukup sepele namun bisa merusak segalanya adalah salah tagline. Disebutkan tagline film ini adalah ”1 ruthless crime, 20 elite cops, 30 floors of chaos”. Padahal dalam filmya lantai tertinggi yang ketangkap kamera dan sesi cerita adalah lantai 15 tempat boss Tama tinggal. Sedangkan kalau diperhatikan posternya sendiri kurang lebih hanya 20 lantai saja.

Film ini tidak cocok untuk anak-anak dan sebaiknya penonton adalah yang berusia 17 tahun keatas karena film ini mengandung banyak kekerasan dan adegan berdarah serta kata-kata kotor.