Monday, 31 March 2014

The Raid 2 : Berandal



The Raid 2 : Berandal
---------------------------

Kesuksesan film The Raid : Redemption pada tahun 2012 membuat sang produser untuk membuat seri kelanjutannya. Meniru cara publikasi seri pertamanya dengan mengikuti berbagai ajang festival film di luar negeri namun sayangnya gagal mendapatkan penghargaan. Masih dengan sutradara yang sama dan pemain utama yang sama mencoba menampilkan cerita yang berbeda.


Setelah berhasil selamat dari pertarungan di markas gembong narkoba dalam seri pertama, Rama (Iko Uwais) ditawari Bunawar (Cok Simbara) untuk bergabung dengannya sebagai agen pasukan khusus. Bunawar menginginkan Rama untuk menyusup pada kelompok Bangun (Tio Pakusadewo) agar dapat mengumpulkan bukti-bukti adanya kerjasama antara mereka dan polisi-polisi korup. Sebenarnya Rama menolak karena Bunawar terlihat kejam dengan membunuh Wahyu.
Ketika kakaknya dibunuh oleh Bejo (Alex Abbad) maka Rama terpaksa menerima tawaran itu untuk menyamar masuk ke dalam penjara dengan harapan membalas dendam. Mengapa harus masuk penjara? Karena di dalam penjara ada Ucok (Arifin Putra) yang merupakan anak dari boss mafia Bangun. Bangun menguasai daerah-daerah di Jakarta dan mengenal Bejo sebagai kelompok kecil yang ingin eksis. Rama yang berganti nama menjadi Yuda bertujuan mendekati Ucok agar dapat dekat dengan sang ayah yaitu Bangun. Dengan begitu, dia dapat mencari informasi tentang Bejo yang telah membunuh kakaknya.
Yuda pada awalnya dimusuhi oleh Ucok karena berkelahi dengan anak buahnya. Ucok yang merasa menjadi boss di dalam penjara menawari Yuda untuk menjadi bagian dari kelompoknya tapi dia pura-pura menolaknya. Hingga suatu hari saat kondisi hujan di lapangan tiba-tiba Ucok diserang oleh anak buahnya sendiri. Kesempatan ini digunakan oleh Yuda untuk membantu Ucok. Perkelahian dan tawuran pun terjadi termasuk dengan para sipir di tengah lapangan yang berlumpur.
Dua tahun kemudian, Yuda bebas dari penjara dan dijemput oleh Ucok. Sebagai rasa terima kasihnya, dia dikenalkan dengan ayahnya dan diajak bergabung dengan kelompoknya. Selain kelompok Bangun sebenarnya ada kelompok Jepang yang dipimpin oleh Goto (Ken’ichi Endo) dan mempunyai kekuasaan di beberapa tempat. Mereka selama ini tidak pernah saling mengganggu satu sama lain.
Permasalahan mulai timbul ketika Ucok mulai menggugat ayahnya untuk melakukan regenerasi alias mengalihkan kekuasaannya pada dirinya. Ucok adalah seorang yang ambisius dan terobsesi akan jabatan kepala geng karena merasa dirinya sudah mampu mengemban jabatan itu. Diaturlah kerja sama dengan Bejo untuk mengkhianati sang ayah dengan imbalan Bejo akan mendapat daerah kekuasaan milik kelompok Jepang. Ucok makin bersemangat ketika Bejo memberikan hadiah yaitu ditangkapnya orang yang pernah akan membunuhnya saat di dalam penjara dulu.
Korban konspirasi tersebut yang pertama adalah Prakoso (Yayan Ruhian) yang merupakan sahabat Bangun sejak lama. Prakoso diundang Ucok untuk menemuinya di sebuah club dan saat ditinggal pergi ke toilet tiba-tiba kelompok Bejo datang dan membunuhnya. Korban selanjutnya adalah kelompok Jepang yang berada dalam kereta api dan dibunuh oleh Hammer Girl (Julie Estelle). Tak luput juga dari serangan yaitu Yuda yang berada dalam taxi.
Bangun sadar kalau ada yang mengadu domba antara kelompoknya dan kelompok Goto. Sempat didamaikan oleh seorang Big Boss dan Bangun bersedia untuk memberikan ganti rugi kepada Goto. Sepulangnya dari sana, Bangun menghajar Ucok karena sudah mencurigainya sejak awal. Tiba-tiba muncul Bejo dan kawanannya sehingga Ucok dengan tega membunuh ayahnya sendiri. Eka (Oka Antara) yang merupakan asisten bangun tertembak kakinya dan untunglah Yuda datang dan terjadilah perkelahian namun sayang Yuda kalah dan berhasil ditangkap sedangkan Eka dapat melarikan diri.
Pada saat perjalanan dengan mobil, Eka berusaha menyelamatkan Yuda sehingga terjadi kejar-kejaran mobil dan tembak-menembak. Yuda berhasil diselamatkan sedangkan Eka pergi karena tidak ingin ikut campur lebih lanjut.
Yuda mendatangi markas Bejo dan dihadang oleh Hammer Girl dan Basseball Bat Man namun kemenangan berada di tangan Yuda. Sementara itu di restoran sedang makan malam bersama Ucok, Bejo dan Reza yang merupakan kepala polisi untuk melakukan perundingan. Ucok yang sedang berada di toilet menemukan alat penyadap di dalam dompetnya yang dipasang oleh Yuda. Namun Ucok menganggap bila Bejo yang memasangnya.
Yuda berhasil masuk ke dalam restoran dan terjadi kekacauan. Reza berhasil terbunuh dan Bejo ditembak oleh Ucok sedangkan Yuda berhasil membunuh Ucok. Dan diakhir film, Yuda yang hendak keluar dari tempat tersebut tiba-tiba datang juga kelompok Jepang. Filmpun selesai. Konon kabarnya akan ada seri ketiga yang akan dirilis.
Sebagai film seri kedua maka film ini mempunyai beban yang berat untuk mendapatkan respon positif dari penonton. Kesuksesan seri pertama pasti akan menghantui seri berikutnya dan ekspektasi penonton tentu ingin lebih dari yang pertama. Sayangnya film kedua ini gagal memenuhi harapan itu. Skenario cerita dibuat terlalu melebar sehingga tidak fokus pada misi utamanya yaitu balas dendam pada Bejo, apalagi rentang waktu cerita sampai dua tahun lebih. Seharusnya sesuai dengan misi film ini maka Yuda lah yang membunuh Bejo sambil berkata "masih ingat dengan Andi, dia kakak saya" sambil membunuhnya. Berbeda halnya dengan seri pertama yang fokus pada misi penyerbuan di sebuah gedung dengan rentang waktu cerita beberapa jam saja.
The Raid 2 tidak menampilkan ketegangan dari awal sehingga tidak ada kejutan yang berarti bagi penonton seperti halnya seri pertamanya. Keteganganpun nyaris tidak ada kecuali suara musik yang menjadikannya tegang. Ritme ketegangan yang terjadi secara berkelanjautan dari awal sampai akhir pada seri pertama tidak terjadi pada seri kedua ini.
Sebagian besar adegan perkelahian dan pertarungan tampak kaku dan tidak menunjukkan nilai seninya kecuali pertarungan di dapur antara Yuda dan The Assassin. Masih banyak suara teriakan-teriakan dalam berkelahi yang seharusnya tidak perlu. Secara kualitas masih lebih bagus film silat mandarin atau film action mandarin pada umumnya.

Sayangnya tiga orang aktor Jepang yang dilibatkan dalam film ini tidak melakukan perkelahian atau pertarungan sama sekali padahal digadang-gadang sebelumnya oleh sang sutradara akan seru ala Yakuza. Penampilan Kenichi Endo patut diacungi jempol. Dengan tatapan matanya yang tajam dan raut wajah yang tegang namun diimbangi dengan penampilan yang kalem menunjukkan kepiawaiannya dalam berkarakter sebagai boss Yakuza
Teknik pengambilan gambar dengan sistem hand carry camera yang membuat seolah-olah kamera mengikuti kita bergerak juga cukup mengganggu karena terlalu banyak digunakan. Seharusnya sang sutradara dapat secara bijak menggunakannya di saat-saat tertentu saja dan tidak berlebihan.
Karakter boss mafia Bangun digarap dengan kurang mendalam seharusnya ditampilkan sosok yang kejam, sadis dan bertangan dingin. Namun sebaliknya sosoknya digambarkan kalem dan sabar serta bijak. Tio Pakusadewo sendiri bermain dengan bagus sesuai dengan karakter tersebut. Iko Uwais bermain kaku dalam hal berdialog dan tak ada ekspresi berarti dalam raut wajahnya. Untuk perkelahiannya sendiri hanya sekedar bak bik buk saja dan tidak ada yang dapat dikenang setelah film usai.
Penampilan Yayan Ruhiyan sendiri terlalu dipaksakan mengingat pada seri pertama memerankan tokoh Mad Dog dan sudah tewas. Sedangkan pada seri kedua ini dihadirkan kembali memerankan tokoh Prakoso. Kemungkinan besar sutradara melibatkan kembali karena berharap akan penampilan aksinya yang memikat namun sayangnya penampilannya terkesan buruk. Pada sesi awal ditampilkan secara garang dan sadis tapi pada sesi berikutnya saat bertemu mantan istrinya dan bertemu Ucok terkesan cemen.
Beberapa hal yang kurang jelas dalam film ini adalah ketika Yuda dikeroyok di dalam taxi ternyata yang mengeroyoknya adalah seorang polisi. Apa maksud dan tujuannya, padahal penonton tahu biang pengeroyokan adalah kelompok Bejo. Pada saat Prakoso dibunuh sedang musim salju padahal sebelum-sebelumnya tidak ada unsur salju sedikitpun. Tentu aneh bukan bila kota Jakarta mempunyai musim salju. Pada saat adegan di club, Prakoso menutup mata dan ketika membuka mata tiba-tiba semua orang di ruangan sudah hilang dengan begitu cepatnya. Ini bukan film horor yang menjadikan segalanya seperti magic bisa menghilang tiba-tiba. Seharusnya dibuat dengan orang berlarian ke arah pintu keluar.
Luka di tangan yang dialami oleh Yuda karena diserang dalam taxi membuatnya terlihat parah di dalam toilet namun seketika bisa berkelahi dengan normal lagi saat menyelamatkan Eka. Demikian juga luka di kaki akibat sabetan clurit kecil saat pertarungan di dapur namun seketika bisa berkelahi normal lagi. Satu hal sepele lagi namun berdampak mengurangi kegagahan Yuda yaitu ketika disuruh telanjang oleh Bangun terlihat perut yang agak gendut dan dada yang tidak bidang dan tidak kekar. Seharusnya hal tersebut bisa disiasati dengan spesial efek seperti dalam film 300 : Rise of an Empire.
Kalau anda belum pernah melihat sebuah sepeda maka akan kagum melihat sepeda untuk pertama kalinya. Berikutnya ketika anda melihat sebuah sepeda lagi tentu kesannya akan biasa saja. Lain halnya bila anda diperlihatkan sebuah sepeda motor yang belum pernah anda lihat pasti anda akan kagum untuk kedua kalinya. Seperti analogi diatas The Raid 2 : Berandal secara keseluruhan tidak memiliki hal yang baru dan nilainya masih dibawah seri pertamanya. Entahlah seri ketiganya apakah perlu ditonton atau tidak...

Sunday, 23 March 2014

Divergent




Divergent

-------------

Lagi-lagi sebuah film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama hasil karya Veronica Roth, penulis muda yang saat ini berusia 25tahun. Divergent merupakan buku pertama dari sebuah trilogy novel sedangkan buku keduanya berjudul Insurgent dan buku ketiganya berjudul Allegiant. Divergent mampu memperoleh predikat New York Times Best Seller pada tahun 2011.

Cerita mengambil latar belakang kota Chicago yang kini menjadi sebuah negara akibat adanya peperangan di masa lalu. Untuk melindungi diri dari serangan negara lain maka dibangunlah benteng raksasa mengelilingi perbatasan Chicago dengan dunia luar.

Penduduk dibagi dalam tujuh kelompok yang terdiri dari lima kelompok resmi dan dua kelompok tidak resmi. Kelompok resmi ini biasa disebut dengan faksi yang ada dalam tatanan kehidupan masyarakat berdasarkan sifatnya, yang terdiri dari, Candor, Amity, Erudite, Dauntless dan Abnegation. Candor beranggotakan orang-orang yang jujur. Amity berisikan orang-orang yang cinta damai. Erudite merupakan tempat orang-orang pintar berada yang pekerjaannya adalah melakukan penelitian dan eksperimen. Dauntless merupakan kumpulan orang-orang yang berani sehingga pekerjaannya adalah polisi atau penjaga keamanan. Abnegation merupakan gabungan orang-orang yang punya sifat mementingkan kepentingan bersama sehingga pekerjaannya adalah menjalankan pemerintahan. Kelompok tidak resmi terdiri dari non faksi dan Divergent. Non faksi merupakan kelompok orang-orang buangan atau semacam gelandangan. Sedangkan Divergent merupakan kelompok orang-orang yang memiliki sifat dua atau lebih dari lima sifat yang ada pada kelompok resmi, misalnya orang yang mempunyai sifat Candor dan Amity.

Beatrice (Shailene Woodley) dan kakaknya yang bernama Caleb sudah menginjak usia remaja dan menurut aturan yang berlaku harus memilih kelompok mana yang sesuai dengan sifatnya. Mereka berdua tinggal bersama orangtuanya yang berada dalam kelompok Abnegation. Dididik untuk membantu dan menolong terhadap sesama manusia dan selalu mengalah. Semua orangtua berharap bahwa anaknya akan mengikuti jejak orangtuanya, demikian juga orangtua Beatrice dan Caleb.

Sebelum hari ‘H’ pemilihan maka diadakan tes untuk mengetahui sifat dasar dan kepribadiannya melalui simulasi alam bawah sadar. Hasil tes Beatrice cocok sebagai Abnegation, Dauntless sekaligus Eredite sehingga masuk dalam kategori Divergent. Sang penguji menginformasikan bahwa sebagai seorang Divergent maka Beattrice harus merahasiakannya karena merupakan ancaman pada kelompok lainnya dan akan dicari-cari untuk dibunuh. Untuk itu sang penguji menyarankannya untuk memilih Abnegation saja dan merekayasa hasil tes dengan Abnegation.

Hari ‘H’ pemilihan sudah tiba, Caleb dipanggil untuk memilih dan ternyata pilihannya jatuh pada kelompok Erudite. Selanjutnya Beatrice dipanggil dan pilihannya jatuh pada kelompok Dauntless. Tentu saja kedua orangtuanya tampak kecewa karena ini berarti harus berpisah dengan anak-anaknya. Semboyan kepentingan faksi diatas kepentingan keluarga benar-benar membuat orangtuanya tidak berkutik.

Keputusan Beatrice telah dibuat dan bergabung dengan kelompok Dauntless. Tidak mudah untuk menjadi kelompok tersebut masih ada proses inisiasi dan eliminasi. Untuk bepergian harus berlarian mengejar kereta api yang berjalan dan untuk keluarnya harus melompat dari kereta api serta harus menjatuhkan diri dari gedung bertingkat. Setiap hari dalam pelatihan akan dinilai dan pada hari terakhir akan ada yang dieliminasi.

Beatrice kini berganti nama menjadi Tris dan mempunyai instruktur bernama Four (Theo James). Four sendiri merupakan anak dari Marcus seorang ketua Abnegation. Rupa-rupanya ada rasa saling ketertarikan diantara mereka berdua. Pelan namun pasti rasa itu memang ada walau dibatasi oleh peran jabatan masing-masing dan saling menutupi perasaan mereka.

Saat akan membuat tato, kebetulan Tris bertemu dengan pengujinya dulu. Penasaran akan hal itu Tris mendesaknya untuk menjelaskannya. Pengujinya mempunyai saudara yang hasil tesnya masuk kategori Divergent. Ketika ada yang tahu maka keesokan harinya saudaraya telah dibunuh sebab dia merupakan ancaman bagi kestabilan sistim yang telah ada.

Latihan setiap hari cukup berat. Bertarung satu lawan satu dengan teman sendiri dan harus ada yanakalah. Belajar menembak dan melempar pisau. Simulasi akan rasa takut yang dihadapi. Simulasi peperangan merebut bendera. Belum lagi adanya penghianatan dari temannya sendiri. Namun instruktur lain yang bernama Eric justru mengintimidasi Tris sehingga rangkingnya berada di zona eliminasi. Kondisi Tris memang lemah dibanding yang lain tetapi ia cepat belajar sehingga bisa keluar dari zona eliminasi.

Four yang tahu bila Tris seorang Divergent, mengajarinya untuk menjadi seorang Dauntless terutama dalam ujian akhir yang akan dilihat oleh banyak orang. Seorang Dauntless akan menyelesaikan masalah dengan alat bukan dengan pikiran seperti yang selama ini dilakukannya. Walaupun selama ini memegang rekor tercepat dalam simulasi tetapi akan mengundang kecurigaan dari orang-orang dan akan tahu identitasnya. Artinya bila menyelesaikan ujian terlalu cepat maka akan ketahuan identitasnya namun bila menyelesaikan ujian terlalu lama maka tidak lulus. Akhirnya ujian dilalui dan dinyatakan lulus pada hari terakhir.

Tris sedikit curiga ketika melihat Jeanine (Kate Winslet) yang merupakan ketua Erudite berada di markas Dauntless dan sepertinya merencanakan sesuatu dengan ketua Dauntless. Tris juga mendengar selentingan bahwa Erudite akan melakukan kudeta terhadap Abnegation. Four juga menceritakan kecurigaannya karena banyak pengiriman barang dan memberikan contoh obat suntik yang bisa membuat orang terpengaruh dan menuruti kemauannya.

Tiba-tiba semua anggota dikumpulkan dan diberi suntikan pada leher dengan alasan sebagai alat pelacak. Tris berusaha menghindar namun keburu ketahuan oleh Eric dan akhirnya disuntik juga. Malam harinya Tris melihat suatu keanehan dimana teman-temannya bangun dan berpakaian perang seperti terhipnotis dan tidak sadar. Ia mengerti hal itu sebagai akibat suntikan sebelumnya. Dia berusaha mengikuti dengan pura-pura terhipnotis. Waktu berbaris tak disangka ada seseorang yang masih sadar dan mempertanyakan situasi itu tapi Eric tahu kalo orang itu Divergent dan langsung menembaknya.

Tugas mereka adalah menyerang kelompok Abnegation.Tris berusaha mencari Four dan kuatir kalo terhipnotis juga, untunglah Four tidak terpengaruh. Sadarlah Tris akan pertanyaannya selama ini, mengapa Divergent sebagai ancaman dan harus dimusnahkan. Jawabannya adalah karena Divergent tidak mempan terhadap obat baru tersebut yang dapat mempengaruhi pikiran dan menghipnotis tersebut.

Mereka berusaha menyelamatkan orangtua Tris, sayangnya kondisi rumah sudah kosong. Mereka bertemu dengan Eric dan ketuanya dijalanan, Eric mengejek Four “sangat disayangkan yang dulunya berprestasi di kelas sekarang menjadi robot kaku”. Four menahan emosi dengan diam tapi Eric sedikit curiga karena kalo terhipnotis pasti akan jalan lagi, bukannya malah diam. Ericpun menodongkan senjatanya kepada Four dan akan menembaknya. Tiba-tiba Tris menodongkan senjata kepada Eric. Demikian juga ketua menodongkan senjata kepada Tris dan Four menodongkan senjata kepada ketua. Eric berkata bahwa tidak mungkin Tris yang lemah berani menembakkan senjatanya. Tak diduga ternyata Tris menembak Eric dan terjadi perkelahian. Sayangnya perlawanan mereka sia-sia karena jumlah pasukan lebih banyak.

Mereka ditangkap, Four diangkut dengan mobil bersama Jeanine sedangkan Tris hendak dieksekusi tembak. Pada saat kritis menjelang ditembak tiba-tiba ada yang menolongnya, ternyata ibunya yang mantan kelompok Dauntless datang disaat yang tepat. Tembak-menembak terjadi, apa daya dua orang melawan jumlah yang banyak dan pada akhirnya sang ibu harus berkorban.

Tris berhasil menemui ayahnya dan adiknya serta ketua Marcus dan menceritakan tentang obat yang dapat mempengaruhi pikiran dan dapat dikontrol. Akhirnya Tris memutuskan untuk memusnahkan pusat kontrol yang berada di Dauntless. Caleb dan ayahnya serta Marcus ikut pergi. Mau tak mau mereka mengikti Tris yang tahu tempat masuknya dengan kereta api.

Tak diduga Tris menemukan Four yang sedang diikat. Sayangnya setelah dibebaskan, Four malah menyerang Tris sehingga terjadi perkelahian antara sepasang kekasih ini. Tris berusaha menyadarkan Four dan akhirnya berhasil walau sudah banyak luka pada diri Tris. Jeanine mengaktifkan pasukan untuk membunuh semua warga Abnegation tanpa ampun. Tris berusaha mencegah dan mengancamnya tetapi Jeanine tetap bersih keras tidak mau mengubahnya bahkan rela mati. Gertakan dan ancaman pasti tidak mempan. Tris akhirnya punya ide yaitu menyuntik Jeanine dengan obatnya sendiri dan memerintahkannya untuk membatalkan program pembunuhan dan sekaligus menghapus programnya. Jeanine pun menurutinya.

Pasukan tersadar dan tidak jadi membunuh warga yang sudah dikumpulkan dijalanan. Begitu juga Jeanine yang tersadar dan meratapi kegagalannya. Pasukan yang setia dengan Jeanine berusaha masuk gedung maka Tris dan Four serta Marcus dan Caleb yang masih selamat melarikan diri dengan kereta. Mereka  sekarang menjadi kelompok non faksi.

Penampilan Shailene Woodley biasa-biasa saja dan terlalu manis untuk menjadi seorang gadis petarung. Sedangkan Theo James bermain cukup lumayan dengan karakternya yang misterius.

Film ini mempunyai durasi yang panjang yaitu dua jam lebih namun tidak membosankan. Sayangnya adegan laga atau pertarungannya menempati porsi yang sedikit, itupun biasa-biasa saja dan tidak istimewa. selebihnya diisi dengan dialog-dialog sederhana. Beberapa momen dibuat kurang dramatis padahal seharusnya bisa dibuat lebih. Misalnya saat Tris menyadarkan Four dari pengaruh obat, saat ibunya tertembak, saat ayahnya tertembak dll. Film ini diperuntukkan buat kaum remaja setidaknya ingin merebut pasar dari film yang sudah beredar dan sukses yaitu Twilight, Hunger Games dll. Jangan lupa masih ada kelanjutannya dari film ini.

Monday, 10 March 2014

300 : Rise of an Empire



300 : Rise of an Empire
-----------------------------


Film ini merupakan seri kedua dari serial berjudul 300 dengan judul Rise of an Empire. Seri pertama sudah pernah dirilis pada tahun 2006 dengan judul Prepare for Glory. Film ini diadaptasi dari serial cerita komik berjudul 300 yang merupakan hasil karya Frank Miller dan dibantu pewarnaannya oleh Lynn Varley pada tahun 1998. Serial komik ini terdiri dari lima seri masing-masing berjudul Honor, Duty, Glory, Combat dan Victory.

Rise of an Empire mencoba menguak latar belakang kejadian sebelum seri pertama terjadi sekaligus pada waktu yang sama serta waktu sesudahnya. Walaupun cerita peperangan dan tokoh yang ditampilkan berbeda namun secara sekilas ditampilkan juga tokoh dalam seri pertamanya misalnya Gerard Butler sebagai raja Leonidas dan Peter Mensah sebagai pengawal raja Darius. Tidak hanya itu saja, masa setelah seri pertama selesai diceritakan pula sebagai adegan pamuncak film ini.

Raja Persia yang bernama Darius melakukan invasi bersama pasukannya yang berjumlah besar ke Yunani. Perlawanan tentara Yunani dipimpin oleh Themistokles (Sullivan Stapleton) seorang biasa yang tak terkenal di daerah Marathon. Namun disaat dan momen yang tepat dia berhasil memanah Raja Darius dan mengenai jantungnya. Xerxes (Rodrigo Santoro) yang merupakan anaknya menyaksikan pemandangan itu dengan matanya sendiri tanpa bisa menolong ayahnya. Dengan penuh dendam membara terhadap Themistokles dan rasa benci terhadap Yunani maka membuatnya menempuh segala cara untuk mewujudkannya.


Xerxes berkoalisi dengan Artemisia (Eva Green) untuk mewujudkan dendamnya. Artemisia mempunyai latar belakang sebagai warga Yunani yang keluarganya dibunuh dan diperkosa oleh tentara sipil Yunani. Pada saat remaja dijadikan sebagai budak dan pelampiasan nafsu para tentara dan pada akhirnya dibuang ditengah jalan. Ditemukan dan dirawat serta dilatih oleh tangan kanan raja Darius sehingga dipercaya menjadi jenderal perang pasukan Persia. Ambisinya untuk berperang menaklukan Yunani membuatnya tega mencabut anak panah yang menancap di jantung raja Darius sehingga menyebabkannya tewas.


Artemisia membunuh semua pejabat di lingkungan kerajaan dan mengundang para ahli sihir untuk membantu Xerxes dan berhasil mengubah Xerxes yang baru dengan tubuh yang tinggi besar. Xerxes sukses menjadi raja Persia dan mendeklarasikan perang terhadap Yunani.
 
Pejabat di Yunani yang menganut paham demokrasi menginginkan pembicaraan negosiasi terhadap Persia namun Themistokles meyakinkan bahwa kekejaman pasukan Persia harus dilawan. Namun sayangnya jumlah pasukan Yunani hanya sedikit dan perlu persatuan dari kerajaan lainnya termasuk Sparta yang memiliki pasukan terlatih. Sayangnya Sparta tidak mau bergabung. Sparta dipimpin oleh raja Leonidas memutuskan untuk melawan sendiri pasukan Persia dengan mengumpulkan 300 orang terpilih yang pandai bertarung. Pada film seri pertama menceritakan peperangan 300 orang ini terhadap pasukan Persia dan berhasil menang. Namun pada seri kedua ini diceritakan sedikit saja dan dikatakan kalah.

Dengan jumlah kapal yang sedikit, Themistokles mengandalkan taktik dan strategi. Hari pertama. strateginya menyerang kapal Persia di bagian tengah yang rapuh sehingga bisa tenggelam. Hari kedua, taktiknya membawa kapal-kapal Persia ke daerah berkabut dan berkarang sehingga pada menabrak batu-batuan. Karena merasa kalah, Artemisia mengundang Themistokles masuk ke dalam kapalnya dan merayu untuk bergabung dalam pasukan Persia namun ditolak. Hari selanjutnya Artemisia melancarkan serangan dengan menggunakan minyak dan bom bunuh diri yang membuat Themistokles nyaris tewas.


Ratu Gorgo dihubungi oleh Themistokles untuk melakukan balas dendam terhadap kematian suaminya yaitu raja Leonidas. Karena dialah harapan satu-satunya yang masih bisa membantu mengingat mempunyai banyak kapal. Namun ratu Gorgo menolaknya.
Mau tak mau Themistokles melakukan perlawanan dengan jumlah kapal yang sedikit di daerah Salamis sebagai perjuangan terakhir. Tak ketinggalan pula pertarungan duel antara Themistokles dengan Artemisia. Di saat yang kritis muncullah bantuan dari ratu Gorgo dengan armada kapalnya. Pada akhirnya Themistokles berhasil membunuh Artemisia walau sebelumnya sudah disuruh menyerah tapi tidak mau.

Seri ketiga sudah pasti akan dibuat mengingat Xerxes masih aman-aman saja melihat dari kejauhan peperangan tersebut dan belum tewas. Sayangnya film ini memiliki durasi yang pendek hanya 100 menit saja seandainya dibuat lebih panjang seperti film legenda lainnya maka penonton akan lebih puas menyaksikannya, mengingat film ini pada awalnya dibuat model narasi yang cepat penyampaiannya. Masih dengan model setengah animasi seperti film sebelumnya dengan mayoritas warna cream kecoklatan dan sedikit kabur, film ini digarap dengan spesial efek hampir di semua adegan.

Film ini terlalu banyak menampilkan visualisasi darah berwarna hitam kemerahan yang berceceran dan muncrat kemana-mana. Bagi yang tidak terbiasa melihat darah mungkin bisa membuat kepala pusing. Dengan efek komputerisasi CGI terlihat semua orang termasuk Themistokles memiliki tubuh atletis dengan dada yang bidang dan perut six pack. Sedikit kelemahan, kadang kala Themistokles terlihat dadanya tidak bidang dan perutnya one pack.
                                              
Penampilan Sullivan Stapleton cukup lumayan namun dalam berpidato di depan orang banyak intonasi suara dan karisma suara terasa kurang menggelora. Untunglah suara musiknya membantu membangkitkan suasana itu. Akting Eva Green cukup bagus dengan tatapan matanya yang memang menunjukkan sifat jahatnya.

Film ini tidak membosankan karena ceritanya berbeda dengan seri pertama. Bila seri pertama peperangan dilakukan di darat maka pada seri kedua ini dilakukan di laut. Mungkin saja pada seri ketiga nanti peperangan akan dilakukan di udara, siapa tahu. Selamat menonton.