Friday, 21 December 2012

Silent Hill : Revelation (3D)




Silent Hill : Revelation (3D)
-----------------------------------

 
Sebuah film horor yang diangkat dari permainan video game yang berjudul sama dan merupakan produksi perusahaan Konami Jepang. Film pertamanya sudah dibuat pada tahun 2006 dengan bintang yang sebagian sama.

Heather (Adelaide Clemens) tinggal bersama dengan ayahnya yang bernama Harry (Sean Bean) dan sudah sering berpindah-pindah tempat tinggalnya, termasuk juga sekolahnya. Tidak hanya itu saja, mereka juga mengganti namanya di setiap kota yang ditinggalinya. Ternyata mereka melarikan diri dari kejaran ordo penganut kepercayaan tertentu.

Hampir setiap malam Heather selalu bermimpi buruk dan kadang kala melihat penampakan-penampakan yang mengganggu kesehariannya. Sebagai siswi baru disekolahnya, dia mempunyai teman yang juga baru pindah di sekolah itu yang bernama Vincent (Kit Harington).

Suatu hari Heather merasa dibuntuti oleh seorang laki-laki yang tak dikenal. Usut punya usut ternyata dia adalah seorang detektif swasta yang disewa oleh ordo penyembahan untuk menemukan keberadaannya. Namun detektif tersebut berbalik arah justru ingin membantu Heather namun sayangnya sudah keburu tewas oleh makhluk bertangan pisau. Pada saat pulang ke rumah ternyata ayahnya sudah hilang dan ada tulisan di dinding “Silent Hill”.

Antara percaya atau tidak, Heather memasuki dimensi alam lain yang bernama Silent Hill atau bukit sunyi. Suatu tempat yang sepi dan selalu berdebu serta tanpa cahaya matahari. Dia bertemu dengan Alessa yang memiliki kekuatan jahat. Sebenarnya Heather sendiri adalah bagian baik yang dipisahkan dari Alessa. Bagian baik yang dapat merasakan cinta.

Sebuah ordo penyembahan yang dipimpin oleh Claudia (Carrie Anne Moss) yang ternyata adalah ibu dari Vincent. Claudia menjadi pemimpin setelah memenjarakan Leonard (Malcolm McDowell) yang merupakan ayahnya sendiri. Mereka membutuhkan Heather dan kuncinya sebagai syarat untuk memanggil tuhannya.

Perpaduan antara horror setan dan thriller yang cukup menarik dan penuh dengan kengerian mahluk-mahluk yang tampil. Ada mahluk bertangan pisau, algojo besar pembawa parang, suster bersensor gerak, laba-laba berkepala manequin banyak dan mahluk dengan wajah terjahit. Penonton mungkin agak sedikit bingung untuk membedakan mana yang setan dan mana yang monster, mana yang bisa mati dan mana yang tidak bisa mati.

Adelaide Clemens bermain baik dalam memerankan tokoh Heather hanya saja wajahnya yang manis kadang kala kurang pas saat adegan ketakutan. Satu hal yang masih belum jelas adalah bagaimana bisa mahluk bertangan pisau dan algojo besar pembawa parang saling berkelahi satu sama lain padahal keduanya adalah tokoh antagonis.

Suster bersensor gerak cukup unik dalam penampilannya. Gerakan tubuhnya dan tingkah polanya merupakan hal baru dalam film horror. Efek 3 Dimensinya cukup lumayan hanya saja karena sebagian besar adegan dibuat gelap atau malam hari sehingga penulis merasakan lelah pada mata.

Untungnya film ini berakhir tidak seperti film horror pada umumnya yang jagoannya selalu tewas. Film ini berakhir dengan happy ending, walaupun tidak menutup kemungkinan akan dibuat seri lanjutannya.


3D HFR (High Frame Rate)


3D HFR (High Frame Rate) 

-----------------------------------

Sebuah film asalnya merupakan gabungan dari gambar-gambar diam yang dirangkai sehingga menjadi gambar yang tampak bergerak ketika dilihat oleh mata manusia. Gambar diam itu disebut dengan frame atau bingkai gambar. Semakin banyak frame yang dirangkai maka semakin jelas gambar yang terlihat. Umumnya satuan yang dipakai adalah fps (frame per second atau frame per detik) yaitu jumlah frame yang dirangkai dalam satu detik.

HFR adalah kepanjangan dari High Frame Rate yang berarti tingkat frame tinggi. Dalam dunia perfilman merupakan suatu teknologi masa depan. Bentuk formatnya mengambil gambar dengan kecepatan 48 atau 60 frame per detik. Padahal film-film sekarang umumnya menggunakan 24 frame per detik sebagai standardnya yang digunakan pertama kali sejak 85 tahun yang lalu. Film The Hobbit adalah film pertama yang menggunakan teknologi 3 Dimensi HFR ini.

Kelebihan HFR adalah mengurangi obyek yang berkedip, mengurangi gambar yang kabur, mengurangi gerakan yang patah-patah, nuansanya menjadi lebih dramatis, gambar menjadi lebih realistis, lebih halus, lebih terang, lebih detil dan penonton merasa menjadi bagian dalam film untuk 3D.

Cara kerja proyektor 3 Dimensi HFR untuk film berformat 48 frame per detik yaitu proyektor memancarkan dua sinar gambar sehingga tampak double di layar. Masing-masing sinar gambar yang dipancarkan adalah 48 frame per detik. Kenyataannya setiap frame mengalami kedip sebanyak dua kali sehingga seolah-olah frame yang dipancarkan sejumlah 2x48 = 96 frame untuk setiap sinar gambar. Untuk itu diperlukan kaca mata khusus 3D yang mempunyai lensa biru dan merah untuk menontonnya. Gambar-gambar ini di sinkronisasi oleh kedua mata penonton sehingga tampak visual obyek 3 Dimensi. Jadi total frame yang dilihat oleh kedua mata penonton adalah 2x96 = 192 frame untuk setiap sinar gambar.

 
 

 
Avatar seri 2 akan dibuat dengan format 3D HFR 60 frame per detik maka total frame yang dilihat oleh kedua mata penonton adalah 2x2x60 = 240 frame. Tentu hasilnya akan lebih baik lagi dan penontonpun akan semakin dimanjakan.



(dari berbagai sumber)

Thursday, 20 December 2012

Novel The Hobbit

Novel The Hobbit
----------------------






The Hobbit : An Unexpected Journey (3D)



The Hobbit : An Unexpected Journey (3D)
--------------------------------------------------------

Sebuah film yang merupakan pre saga sequence yang berarti sebuah rangkaian kisah yang menceritakan asal mula sebelumnya suatu rangkaian kisah lainnya yang sudah pernah difilmkan. Anda pasti masih ingat dengan trilogy film The Lord Of The Rings yang terdiri dari rangkaian tiga buah film yaitu The Fellowship Of The Ring (tahun 2001), The Two Towers (tahun 2002) dan The Return Of The King (tahun 2003). Semuanya disutradarai oleh Peter Jackson yang mengadaptasinya dari novel yang berjudul sama hasil karya J.R.R. Tolkien.

Masih dengan sutradara yang sama dan mengadaptasi dari pengarang yang sama pula maka dibuatlah film berjudul The Hobbit berdasarkan novel berjudul sama dan dibuat pada tahun 1937. The Hobbit dibuat dengan model trilogy yang terdiri dari tiga film yaitu An Unexpected Journey, The Desolation of Smaug dan There And Back Again. Sebenarnya bukunya sendiri hanya satu buah saja, berbeda dengan The Lord of The Rings yang bukunya memang ada tiga buah.

Film ini dibuat dengan teknologi 3 Dimensi HFR (High Frame Rate) yaitu sebuah teknologi baru yang berbeda dengan 3 Dimensi yang ada selama ini. Pada umumnya teknologi yang digunakan sekarang ini adalah 24 frame per detik sedangkan untuk HFR adalah 48 frame per detik. Jadi gambar yang dihasilkan mendekati apa yang dilihat oleh mata manusia secara nyata. Gambar menjadi lebih terang dan lebih jelas serta meyakinkan.

Pada saat penulis menonton pada tanggal 18 Desember 2012 di salah satu bioskop XXI yang memutar 3 Dimensi HFR ternyata mengalami hal yang kurang baik. Gambar terasa 2 Dimensi saja dan kadang kala terlihat kabur sedangkan teks terjemahan kadang kala terlihat double dan mengganggu mata. Sepertinya ada yang salah dengan proyektor filmnya. Untuk memastikan ada masalah tersebut, penulis mencoba menanyakan kepada penonton di kursi sebelah dan memang merasakan hal yang sama. Selain itu terdengar suara dari beberapa penonton lain yang mengeluhkan hal yang sama. Penulis mencoba dengan kaca mata lain dan masih tetap sama.

Akhirnya penulis mencoba membalik kaca mata, kaca yang sebelah kiri menjadi sebelah kanan dan sebaliknya kaca sebelah kanan menjadi sebelah kiri. Jadi kedudukan tangkai telinganya dan posisi hidung menjadi terbalik. Simsalabim Abrakadabra, ternyata berhasil. Gambar menjadi 3 Dimensi dan teks terjemahan tidak double. Menurut penulis sistem proyektor film ada kesalahan. Seperti kita ketahui untuk film 3 Dimensi ada dua proyektor yang memancarkan gambar dari sumber yang berbeda. Nah sumber inilah yang terbalik satu sama lain. Sehingga saat penulis menukar posisi kacamatanya maka gambar menjadi normal. Entahlah penonton yang lain apakah sadar atau tidak tentang hal ini.

Penonton tidak hanya dimanjakan dari sisi indera matanya saja namun indera telinga juga ikut dimanjakan. Film ini menggunakan teknologi Dolby Atmos System yang merupakan 3 Dimensinya suara. Sayangnya untuk penonton Indonesia masih belum bisa merasakan keunggulan tersebut. Penulis sudah mengkonfirmasi ke pihak 21 Cineplex namun sayangnya mereka malah tidak tahu tentang teknologi tersebut. Saat ini jumlahnya tidak lebih dari angka 100 bioskop di seluruh dunia yang menggunakan system tsb.

Kisah dimulai dari Bilbo Baggins (Martin Freeman) yang menceritakan kepada Frodo (Elizah Wood) tentang petualangan masa lalunya. Kemudian cerita mengalami flashback di saat Bilbo masih muda. Bilbo dipilih oleh Gandalf si penyihir abu-abu (Ian McKellen) untuk bergabung ke dalam kelompok 13 kurcaci yang dipimpin oleh Thorin Oakenshield (Richard Armitage). Bilbo ragu-ragu untuk bergabung atau tidak karena dia hanyalah seorang Hobbit biasa yang tidak pernah pergi jauh dan bertarung atau berkelahi. Demikian juga Thorin yang meragukan kemampuan Bilbo walaupun Gandalf mempromosikannya sebagai pencuri ulung. Namun akhirnya Bilbo memutuskan untuk bergabung sebagai anggota ke-14 walaupun tidak ada jaminan tentang keselamatan dirinya.

Nama-nama ketiga belas kurcaci adalah Thorin, Dwalin, Balin, Bifur, Bofur, Bombur, Fili, Kili, Oin, Gloin, Nori, Dori dan Ori.

Perjalanan menuju gunung Erebor didaerah Middle Earth dimulai. Tujuan utama kelompok kurcaci adalah menemukan kembali tanah air mereka. Dimana sebelumnya, kerajaan mereka berada di dalam gunung Erebor yang kaya akan emas. Dan pada suatu hari diserang oleh seekor naga bernama Smaug yang menghancur leburkan dan meluluh lantakan kerajaan tersebut. Semua penduduknya banyak yang tewas dan yang lainnya pada menyelamatkan diri dengan berpencar ke seluruh penjuru daerah.
Sayangnya pada saat itu Thranduil (Lee Pace) dari bangsa peri yang mengetahui peristiwa itu tidak melakukan pertolongan dan bahkan membiarkan hal tersebut. Sehingga timbul kebencian dan rasa tidak senang dari kelompok kurcaci kepada bangsa peri.

Dalam pelariannya kelompok kurcaci dipimpin oleh Thrain, ayah dari Thorin. Saat itu kelompok kurcaci berperang dengan kaum Orc yang dipimpin oleh Azog (Manu Bennett) yang disebut Orc berwajah pucat. Thrain berhasil dibunuh oleh Azog. Thorinpun membalas kematian ayahnya dengan memotong tangan Azog dan memukul mundur kaum Orc. Thorin pun menyangka Orc sudah mati padahal belum. Sehingga timbul dendam yang mendalam diantara keduanya.

Dengan bermodalkan peta yang dimiliki oleh Thorin dan anak kunci yang dimiliki oleh Gandalf serta kepolosan dari Bilbo merupakan suatu langkah untuk menuju kesuksesan. Sayangnya tidak ada orang yang bisa membaca peta tersebut kecuali Lord Elron dari bangsa peri yang dibenci oleh oleh Thorin. Peta tersebut menggunakan bahasa kurcaci kuno dan ada pesan tersembunyi di dalamnya yang hanya bisa dibaca bila terkena sinar bulan tertentu.

Perjalanan itu tidak mudah karena melewati tantangan alam dan juga halangan dari kaum Orc dan Wargnya atau sejenis serigala yang dijadikan kendaraannya. Halangan dari Troll yang ingin memangsa dan merasakan daging kurcaci, yang jika terkena sinar matahari akan menjadi patung batu. Jebakan dari kelompok Goblin yang menangkap dan mengharapkan imbalan dari kaum Orc.

 
Cikal bakal cincin yang ada dalam The Lord Of The Ring ditampilkan disini. Awalnya dimiliki oleh makhluk bernama Gollum atau juga dipanggil dengan Precious (Andy Serkis) yaitu makhluk dengan dua kepribadian. Rupa-rupanya cincin itu terjatuh pada saat sibuk menyeret Goblin untuk dimangsa. Bilbo menemukannya namun tidak mau mengembalikannya. Secara tak sengaja dia tahu manfaat dari cincin itu bila dipakai yaitu bisa menghilang dan orang lain tidak bisa melihatnya.

Karakter Gandalf dapat diperankan dengan baik oleh Ian McKellen apalagi suaranya yang khas penuh karisma sangat pas. Namun badannya terlihat sedikit kurus dibandingkan film sebelumnya. Martin Freeman sebagai Bilbo bermain manis dan terkesan polos. Semua pemain juga bermain dengan apik. Tata rias untuk para kurcaci cukup unik dengan tatanan rambut dan jenggot yang dimodel sedemikian rupa.
 
Sedikit kritik mengenai perbedaan kurcaci (dwarf) atau bahasa lainnya adalah orang kerdil dengan hobbit. Padahal kita tahu hobbit adalah orang kerdil juga. Menurut novelnya, tinggi hobbit adalah setengahnya tinggi manusia dan lebih kecil dari kurcaci. Namun dalam film postur dan tinggi badan keduanya adalah sama. Sebaiknya postur dan tinggi badan hobbit lebih kecil dari pada kurcaci sehingga jelas perbedaan antara keduanya. Dalam novelnya Frodo tidak ada sama sekali tetapi di film ini dimunculkan di awal. Memang banyak hal yang berbeda antara novel dan filmnya namun demikian perbedaan itu tetaplah menarik dan tidak mengurangi kualitas cerita itu sendiri.

Film yang pengambilan gambarnya dilakukan di Selandia baru ini menampilkan pemandangan alam yang indah dan menawan. Entah itu alami atau buatan animasi CGI, hasilnya begitu mempesona dan memanjakan mata penonton. Apalagi efek 3 Dimensi HFR yang begitu terang dan jelas semakin memuaskan pandangan mata. Pada saat pertarungan antar raksasa batu di pegunungan cukup memikat dan membuat kagum penulis. Demikian juga saat pertarungan akhir antara kaum Orc dan kelompok kurcaci tampil mengesankan. Penulis merekomendasikan film yang mempunyai durasi hampir 3 jam ini untuk ditonton.

Wednesday, 19 December 2012

The Assassins




The Assassins
-----------------
 

Kisah tentang Sam Kok yang berarti tiga negara sangat dikenal dimana-mana, tidak hanya dari negeri asalnya China saja melainkan dari hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ketiga negara tersebut adalah Shu (Siok), Wei (Gwei) dan Wu (Gouw) yang saling bermusuhan satu sama lain. Sudah banyak film-film yang mengadaptasi ceritanya misalnya Three Kingdoms dengan bintangnya Andi Lau dll. Yang paling menarik menurut penulis adalah Red Cliff dengan bintangnya Toney Leung dan Takeshi Kaneshiro serta sutradaranya yaitu John Woo.

Jangan terjebak dengan judulnya yang menunjukkan seolah-olah film ini adalah film action silat atau merupakan film perang kolosal. Sebenarnya film ini adalah film drama yang dibumbui dengan sedikit perkelahian. Jadi jangan berharap akan ada pertarungan hebat atau duel satu lawan satu dengan mengerahkan ilmu silatnya. Film ini ingin bercerita dari sudut pandang lain dari kisah Sam Kok.

Adegan pembuka diawali dengan suara kresek-kresek dengan latar belakang layar yang gelap sekaligus menampilkan nama-nama pemainnya. Lalu berubah dengan menampilkan gambar berupa sosok sekor semut yang sedang berjalan di terowongan lubang tanah. Rupanya suara kresek-kresek tadi adalah suara semut. Dari lubang tersebut terlihat ada dua anak kecil yang sedang berlari dan dikejar oleh pasukan tentara berkuda. Mereka berhasil menangkapnya. Cukup unik gambar di sesi awal ini.
 
Kedua anak kecil tersebut yang perempuan bernama Ling Ju (dewasanya diperankan oleh Liu Yi Fei)  dan yang laki-laki bernama Mu Shun (dewasanya diperankan oleh Hiroshi Tamaki). Mereka ditawan sekaligus dilatih menjadi pembunuh-pembunuh bersama dengan anak-anak lainnya. Sayangnya tidak dijelaskan lebih lanjut peran pembunuh ini apa dan bagaimananya. Sutradara Linshan Zhao kurang bisa menampilkan keahlian dan keterampilan silat selama dalam kamp tawanan.
 

Cerita meloncat ke dewasa dimana Cao Cao (Chow Yun Fat) yang merupakan perdana menteri dinasty Han dan menginginkan gelar raja negara Wei. Disampingnya hadir seorang wanita cantik yaitu selir Ling Ju. Ternyata dia berselingkuh dengan Mu Shun secara back street yang memang merupakan teman sejak kecilnya. Mu Shun sendiri ingin membunuh Cao Cao tapi tidak jadi. Sayangnya secara tak sengaja Mu Shun dilukai oleh Ling Ju ddak an pada akhirnya tewas.


Ling Ju secara mengejutkan memilih bersama Mu Shun menunggangi kuda dan meloncat bunuh diri. Tampak ada kelemahan disini, yaitu pada saat pengambilan gambar bunuh diri.. Tubuh keduanya melayang di udara secara slow motion namun kudanya tidak tampak lagi alias menghilang. Padahal jatuhnya di jurang berbarengan.
 
Chow Yun Fat bermain kurang bagus dan tidak maksimal dalam memerankan tokoh tersebut. Hal ini bisa jadi karena sang sutradara adalah alasannya yaitu masih baru dan film ini adalah debut pertamanya. Sayang kan kalau bintang besar tapi permainannya biasa-biasa saja. Pemain-pemain lainnya juga demikian adanya, tidak ada yang istimewa.
 
 
.

 

Monday, 10 December 2012

Novel Life Of Pi

Novel Life Of Pi
-----------------






Life of Pi (3D)



Life of Pi (3D)
-------------------

Jangan heran bila seseorang dapat menjadi sahabat bagi bermacam-macam agama dan jangan kaget bila seekor hewan buas bisa menjadi sahabat manusia. Life of Pi setidaknya ingin menceritakan kedua hal tersebut. Permusuhan dan persahabatan hanya dibatasi oleh garis tipis yang membentang di antara mereka. Barang siapa berani untuk menerobosnya maka kebahagiaan akan ditemukannya. Film yang diangkat dari buku novel yang berjudul sama ini di tulis oleh Yann Martel yang berasal dari Kanada. Novel tersebut dirilis pada tahun 2001 dan memenangkan penghargaan Man Booker Prize pada tahun 2002. Menurut data Nielsen Bookscan, buku ini sudah terjual 1,3 juta buku.

Bagian penting dari sebuah film adalah sang sutradara dan terpilih sebuah nama yang berasal dari Taiwan yaitu Ang Lee membuat film ini menjadi menarik. Dia pernah menerima piala Oscar dua kali sebagai sutradara terbaik dalam ajang Academy Award. Bahkan di tahun 2013 sebuah penghargaan sudah menantinya yaitu Filmmaker Award dari sebuah ajang Motion Picture Sound Editor Golden Reel Awards. Orang-orang yang pernah menerima penghargaan serupa adalah George Lucas, Michael Bay, Steven Spielberg dan Client Easwood.

Film ini bercerita tentang pengalaman hidup seseorang bernama Pi (gautam belur=5 tahun, Ayush Tandon=11 tahun, Suraj Sharma=remaja, Irrfan Khan=dewasa). Nama lengkapnya adalah Piscine Molitor Patel yang diberikan oleh sang Paman yang biasa dipanggil Mamaji. Mamaji sangat menyenangi olah raga renang dan sangat terkesan dengan sebuah kolam renang di Paris Perancis yaitu Piscine Molitor. Sedangkan Patel adalah nama keluarga atau marga. Pi adalah anak kedua dan berbeda tiga tahun dengan kakaknya yang bernama Ravi. Mereka tinggal bersama orang tuanya di sebuah kota bernama Pondicherry di India, sebuah kota bagaikan separuh Perancis dan separuh India. Orangtuanya adalah pemilik kebun binatang di kota tersebut.

Pada bagian pertama film ini bercerita tentang pengalaman spiritual Pi sejak masih anak-anak. Pi yang sejak lahir sudah berada dalam lingkungan Hindu secara otomatis menjalankan ajaran Hindu. Rasa ingin tahunya cukup besar sehingga tertarik juga dengan ajaran Katolik. Tidak berhenti hanya di situ, dia juga mendalami ajaran Islam. Baginya semua agama adalah baik. Penonton tentu tidak perlu kaget dan berpikiran negatif apakah film ini mengajarkan sesuatu yang sesat. Semuanya ditampilkan secara wajar dan sederhana. Simbol agama digambarkan dengan tidak memprovokasi agama lain. Simbol Hindu ditampilkan dengan tidak makan daging. Simbol agama Katolik ditampilkan dengan Pastor dan air sucinya. Simbol agama Islam ditampilkan dengan sholatnya.

Pada bagian kedua film ini bercerita tentang pengalaman hidup Pi diatas sekoci kapal ditengah laut dengan seekor harimau yang bernama Richard Parker. Pada saat terjadi gejolak politik dan kekacauan ekonomi di kota tersebut Pi sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Kanada. Mereka membawa serta binatang-binatang koleksi kebun binatang sebagai aset yang berharga. Kapal kargo yang digunakan bernama Tsimtsum dan milik perusahaan Jepang.

Sayangnya perjalanan dengan kapal di tengah lautan tidak mulus. Pada tengah malam cuaca buruk dan hujan cukup lebat. Semuanya pada tidur dan kebetulan Pi sedang bangun dan keluar menikmati hujan.. Pi sadar bahwa ada yang tidak beres dengan kapal tersebut dan benar kapal tersebut mulai tenggelam ditelan ombak. Pi berusaha membangunkan keluarganya tapi sayang usahanya sia-sia karena air semakin dalam dan napas yang terbatas. Alhasil hanya pi yang selamat. Penggambaran ombak yang besar dan kapal yang terombang-ambing dapat disajikan cukup bagus dan terlihat alami. Suasana lautan dan air laut cukup membuat takut penonton merasa ngeri.

Hanya Pi seorang yang selamat karena menumpang sekoci dan semua penumpang lainnya ikut tenggelam bersama kapal di lautan bebas. Tak disangka di dalam sekoci yang separuhnya tertutup kain tersebut terdapat juga hewan yang terdampar disana dan masih hidup yaitu zebra, orang utan, hyena dan harimau yang bernama Richard Parker. Pi merasa senang karena terhindar dari bencana namun juga merasa sedih karena keluarganya tidak bisa diselamatkan. Lebih sedih lagi sekarang Pi berada satu sekoci dengan binatang buas hyena dan harimau.

Sudah merupakan sifat alami bila hewan merasa lapar dan untuk mempertahankan hidupnya maka akan memangsa hewan lainnya seperti dalam sistim rantai makanan. Hal yang demikian berlaku juga di atas sekoci. Orang utan memakan buah jeruk selanjutnya orang utan dimakan oleh hyena. Zebra pun ikut merasakan gigitan hyena. Pada akhirnya hyena juga menjadi makanan harimau. Sekarang hanya ada Pi dan harimau sebagai hewan terakhir yang bersifat karnivora dan buas.

Pi tidak bisa tenang karena seolah-olah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah hidup di atas sekoci sendirian ditengah laut ditambah lagi ada binatang buas disampingnya. Mau tak mau Pi berpikir keras agar tidak dimangsa oleh harimau. Dia membuat sambungan dan rakitan dari papan-papan kayu hasil bongkaran sekoci dan memisahkan diri dari sekoci itu. Sekali-kali dia masuk ke dalam sekoci untuk mengambil perbekalan makanan atau sesuatu yang masih bisa digunakan.

Pi berusaha menaklukkan harimau itu dengan sedikit melakukan tindakan keras melalui tongkatnya dan aba-aba dengan pluitnya. Juga melalui pemberian makan hasil tangkapan ikan agar harimau menjadi jinak dan menuruti perintahnya. Setidaknya meniru menjadi seorang pawang harimau. Perlahan-lahan Pi berhasil menjinakkan harimau tersebut dan bisa dikatakan menjadi sahabat di kala sepi sendiri.

Sekoci akhirnya terdampar di sebuah pulau yang berpenghuni ribuan merkat, binatang sejenis luwak. Namun dibagian pulau itu ada semacam danau yang bersifat asam dan beracun bila malam hari yang dapat membuat binatang menjadi mati. Akhirnya Pi memutuskan untuk kembali di tengah lautan bersama sang harimau.

Nuansa 3 Dimensi cukup baik ditampilkan dengan keindahan laut dan kejernihannya dibuat dengan menarik. Visualisasi tampak begitu segar dipandang mata misalnya ubur-ubur yang berpendar di malam hari menerangi kegelapan. Ikan paus yang bersalto di permukaan air begitu menawan. Ribuan ikan terbang yang melintasi sekoci begitu mempesona. Semuanya begitu alami ditampilkan dengan nuansa 3 Dimensi.

Pada akhirnya sekoci membawanya ke sebuah pantai di Mexico. Kondisi Pi sudah lemas dan lunglai sedangkan kondisi harimau Richard Parker masih sanggup untuk berjalan menuju pepohonan yang rimbun. Tidak ada kata perpisahan terhadap Pi dan harimau itupun semakin jauh meninggalkan Pi yang sedang tak berdaya. Pi berharap sahabatnya itu menoleh atau mengaum sebagai tanda perpisahan tapi sekali lagi hal itu tidak terjadi.

Sosok Pi dapat diperankan dengan baik dan mimik serta spontanitasnya yang cukup patut diacungin jempol. Mungkin bagi sebagian penonton, karakter orang India dalam berbicara bahasa Inggris cukup lucu karena ada sedikit cadelnya. Pi berhasil menunjukkan kepada penonton akan kesedihan dan ketakutan serta penyesalan yang dialaminya.

Sosok harimau Richard Parker yang konon bukan binatang asli melainkan hasil animasi komputer CGI sangat bagus sekali dan hampir tidak ada bedanya dengan yang asli. Demikian juga dengan zebra, hyena dan orang utan. Semuanya tampak riil. Sungguh fantastis menyaksikan perpaduan akting manusia dan binatang animasi.

Penulis menemukan beberapa kekurangan yaitu tidak disebutkan lamanya Pi terdampar di lautan meskipun ada coretan pada dinding sekoci. Dalam novel disebutkan lamanya 227 hari. Untuk waktu selama itu, pakaian yang digunakan masih tetap terlihat putih dan utuh padahal seharusnya mungkin sudah compang-camping karena terpapar air dan hujan. Juga pada saat harimau diberi makan kambing hidup oleh sang Ayah, ternyata harimau dapat menarik tubuh kambing melewati jeruji kerangkeng besi, padahal seharusnya tubuh kambing tidak cukup untuk melewati jeruji tersebut karena kecil. Pada saat kapal terombang-ambing oleh ombak ternyata Pi dan keluarganya didalam kamar terlihat stabil.

Memang antara novel dan film ada hal-hal yang berbeda. Cerita dalam novelnya tentu saja lebih mendetail dan terperinci dibandingkan dengan novelnya. Namun demikian dengan bahasa gambar, film menampilkan sesuatu yang indah dan sesuatu yang fantastis, sesuatu yang lain. Penulis sangat merekomendasikan film ini sebagai tontonan keluarga.

Sunday, 2 December 2012

Chernobyl Diaries



Chernobyl Diaries

----------------------

Film ini diproduseri dan sekaligus ditulis oleh Oren Peli yang merupakan produser dari Paranormal Activity. Setidaknya film ini boleh dibilang lumayan bila dibandingkan dengan Paranormal Activity namun masih dibawah film Saw.

Sepasang kekasih Christ (Jesse Mc Cartney) dan Natalie (Olivia Taylor Dudley) berlibur mengunjungi kakaknya yang berada di kota Kiev, Ukraina. Mereka juga mengajak Amanda (Devin Kelley) yang meruoakan sahabat Natalie. Sang kakak, Paul (Jonathan Sadowski) mengajak sekalian berlibur dengan mengikuti wisata ekstrem mumpung berada disini dan tidak ada di negara asalnya Amerika. Wisata tersebut adalah mengunjungi kota mati Chernobyl.

Chernobyl adalah kota yang tidak ada penduduknya dan mereka telah meninggalkannya pada saat tragedi ledakan reaktor nuklir pada tahun 1986. Kota tersebut berdampingan dengan kota Prypiat yang merupakan tempat tinggal pekerja dan keluarganya. Dari sinilah mereka masuk untuk memulai wisata ekstrem itu.

Wisata ekstrem ini dipandu oleh tour leader bernama Uri (Dimitri Diatchenko). Ikut bergabung juga sepasang kekasih yaitu Michael (Nathan Phillips) dan Zoe (Ingrid Bolzu Berdal). Jadi total ada tujuh orang yang ikut dalam petualangan ini.

Pada awalnya kegembiraan dan kesenangan yang dirasakan oleh mereka selanjutnya kesedihan dan ketakutan yang menghinggapi mereka. Sebenarnya sejak awal mereka sudah dilarang oleh penjaga pos perbatasan untuk tidak masuk kesana namun larangan tersebut diabaikan. Mereka tetap menerobos masuk dengan mencari jalan lain.

Keadaan kota benar-benar kosong melompong. Yang ada hanya anjing-anjing kelaparan, ikan-ikan bergigi tajam dan beruang yang kelaparan. Selesai berwisata dan saatnya pulang di sore hari, tak disangka ada yang merusak kabel-kabel mobil sehingga mobil tidak bisa jalan alias mogok. Tidak diketahui siapa yang merusak. Anjingkah yang menggigit atau beruang yang menarik-narik kabel atau ada makhluk lain yang melakukannya. Yang penting saat ini adalah meminta bantuan.

Uri dan Chris keluar dari mobil untuk meminta bantuan tetapi mereka diserang oleh sesuatu yang tidak jelas. Chris terluka di kakinya sedangkan uri dibawa oleh sesuatu tersebut. Mau tidak mau mereka harus berlindung di dalam mobil sampai pagi harinya. Lalu di pagi hari diputuskan Chris dan Natalie tetap dimobil sedangkan yang lain mencari bantuan. Paul dan kawan-kawan berhasil menemukan kabel untuk tipe mobil yang sama. Namun ketika mereka kembali, ditemukan mobilnya sudah hancur berantakan dan Chris serta Natalie menghilang. Pelakunya bukanlah anjing atau beruang tetapi sesuatu yang lebih kejam.

Rupanya sesuatu tersebut adalah orang-orang yang terkena dampak radiasi nuklir dan berhasil melarikan diri dari rumah sakit khusus isolasi. Mereka kabur dan sembunyi di kota yang tak berpenghuni itu dan jadilah mereka penghuni bayangan. Mereka menjadi zombie yang kelaparan.

Satu per satu peserta wisata tewas oleh zombie tersebut dan yang selamat hanyalah Amanda dan Paul. Sayangnya mereka berdua terkena radiasi yang cukup tinggi sehingga perlu dikorbankan oleh pihak militer di kota tersebut.

Sayangnya teror dan ketakutan yang terus mengancam ditampilkan secara sederhana saja seharusnya bisa ditampilkan dengan lebih lagi. Penampilan zombie tidak pernah dilakukan secara close up atau jarak dekat sehingga penonton tidak bisa melihat kengerian seperti apa yang menjadi lawan mereka. Penonton hanya tahu kepalanya gundul plontos.

Teknik pengambilan gambar dengan sistem hand carry camera yang membuat seolah-olah kamera mengikuti kita berlari juga cukup baik dilakukan. Latar belakang yang gelap dan tidak ada sinar lampu cukup membantu membuat suasana menjadi seru. Pengambilan gambar yang dilakukan di Serbia dan Hungaria cukup untuk menunjukkan kota yang sudah mati.

Saturday, 1 December 2012

Rise Of The Guardians



Rise Of The Guardians
----------------------------

Karakter tokoh dalam film ini diambil dari serial novel anak-anak berjudul The Guardians of Childhood hasil buah karya William Joyce. Serial tersebut terdiri dari tiga buah buku yaitu The Man In The Moon, Nicholas St. North And The Battle Of The Nigthmare King dan E. Aster Bunnymund And The Warrior Eggs At The Earth's Core. Perusahaan yang memproduksinya adalah Dream Works Animation yang juga memproduksi film Shrek, Kungfu Panda dan Madagascar. Jadi bicara mengenai kualitas tentu sudah pada tahu seperti apa hasilnya.

Pada awalnya William Joice ingin membuat sendiri film ini  berpatungan dengan Reel FX studio membentuk Aimesworth Amusements. Sayangnya ide tersebut belum tercapai dan akhirnya hak cipta film tersebut dibeli oleh Dream Works Animation. Seperti biasanya perusahaan ini akan membuat seri lanjutannya jadi siap-siap saja menunggu di tahun mendatang.

Kisah dimulai dengan seorang pemuda bernama Jack Frost (disuarakan oleh Chris Pine) yang tiba-tiba berada di atas sebuah danau berlapis es. Kondisinya cukup menyedihkan karena lupa siapa dirinya dan dari mana asal usulnya serta latar belakangnya. Dia hanya tahu tentang namanya saja yaitu Jack Frost karena diberi tahu bulan. Yang lebih menyedihkan lagi adalah dirinya berupa arwah yang tidak bisa dilihat oleh orang lain dan badannya bisa tembus oleh badan orang lain. Tentu saja rasa kesepian menghinggapinya sepanjang masa. Tidak ada teman yang bisa diajak bicara dan bercanda. Yang hanya bisa dilakukan adalah bermain-main sendiri dengan tongkatnya yang bisa menciptakan salju.

Waktu kemudian berubah ke masa kini. Muncullah tokoh jahat bernama Pitch Black alias Boogeyman (Jude Law) yang berhasil melarikan diri dari kurungannya. Dia ingin menguasai dunia dengan cara menyebarkan rasa takut melalui mimpi pada anak-anak. Jadi tidak ada yang namanya mimpi indah,  bahagia dan gembira. Hal ini diketahui oleh North alias Sinterklas (Alec Baldwin) yang merupakan pemimpin para Guardians atau pengawal. Dia mengumpulkan para pengawal yang terdiri dari Easter Bunny atau kelinci paskah (Hugh Jackman), Tooth Fairy alias peri gigi (Isla Fisher) dan Sandy alias Sandman . Namun gabungan kekuatan tersebut tidak akan bisa mengalahkan Pitch Black. Untuk itu Man in the moon menambahkan satu orang lagi yaitu Jack Frost sebagai pengawal.

Sayangnya Jack Frost masih terobsesi akan masa lalunya dan rasa ingin tahu siapa dirinya. Rupanya rahasia tersebut berada di tangan Pitch Black. Tentu saja hal tersebut harus ditebus dengan harga mahal. Gara-gara itu, semua telur paskah dibantai oleh kawanan Pitch Black dan tidak ada yang sampai dimuka bumi. Anak-anakpun berasumsi tidak ada perayaan paskah di tahun ini karena tidak menemukan telur apapun.

Rahasia Jack Frost terungkap, dia adalah seorang pemuda yang memiliki adik perempuan. pada suatu hari adiknya terjebak di atas danau es yang membeku. Sayangnya pijakan kakinya berada di lapisan es yang tipis dan mulai retak. Jack Frost berusaha menyelamatkan adiknya dan berhasil. Namun tak disangka semuanya harus ditebus dengan nyawa Jack Frost sendiri. Ya benar, Jack Frost mengorbankan dirinya demi adiknya, dia tenggelam.

Pitch Black beserta kawanannya makin merajalela. Semua anak-anak merasa takut dan tidak percaya lagi akan adanya Sinterklas, Tooth Fairy, Easter Bunny dll. Hanya tinggal 1 anak saja di seluruh dunia yang masih percaya akan mereka, namanya Jamie (Dakota Goyo). Dia menjadi rebutan antara para pengawal dan Pitch Black. Siapakah yang menang ? Hasil akhir tentu saja happy ending, para pengawal memenangkan pertarungan itu dibantu dengan Jamie dan kawan-kawannya.

Sebuah film animasi yang enak ditonton. Gambar-gambar yang ditampilkan sangat halus apalagi ditonton dengan format 3 Dimensi. Tampilan visual yang tampak nyata dalam penggambaran tokoh-tokohnya. Warna-warni yang cerah dan kadang gelap menunjukkan ekspresi masing-masing tokoh. Tokoh jahat mewakili warna gelap dengan markasnya yang juga gelap. Sebaliknya warna-warni yang cerah menunjukkan tokoh yang baik.

Sebuah tontonan yang bagus dan menarik buat anak-anak. Tetapi ingat, film ini lebih bagus lagi bila diputar saat menjelang hari Paskah karena sesuai dengan isi ceritanya padahal sekarang ini menjelang hari Natal.