Tuesday 10 January 2012

The Flying Swords of Dragon Gate



The Flying Swords of Dragon Gate

Film The Flying Swords of Dragon Gate konon kabarnya sebagai film silat pertama di Asia yang menggunakan teknik 3 Dimensi. Ya benar 3 Dimensi, sesuatu yang tak asing lagi dalam dunia perbioskopan terutama produksi Hollywood. Namun demikian merupakan sesuatu yang baru dalam produksi film silat.

Siapa yang tak kenal nama Jet li, seorang legendaris dalam film silat. Tidak hanya sebagai aktor tetapi dalam kehidupannya sendiri memang benar-benar menguasai ilmu silat. Menjadi juara 5 kali berturut-turut dari tahun 1974-1979 dalam kejuaraan Chinesse National Martial Arts Contest.

Tsui Hark adalah seorang sutradara dan produser yang sangat kreatif. Karya-karyanya selalu digandrungi dan ditunggu-tunggu oleh penonton. Sebagai contoh film kungfu master (once upon a time in China) yang pemainnya adalah Jet Li juga, menawarkan sesuatu yang baru baik teknik maupun jurus-jurus silatnya.

Jadi kalau digabungkan 3 Dimensi, Jet Li dan Tsui Hark pasti merupakan sesuatu yang menarik. Setidaknya merupakan jaminan mutu dalam kepuasan menonton.

Film dibuka dengan pemandangan pelabuhan laut beserta dengan kapal-kapal kayunya yang beraneka ragam bentuknya. Visual 3 Dimensi sangat bagus ditampilkan seolah-olah tiang-tiang kayu menabrak diri kita. Special efek cukup memukau dalam pertarungan-pertarungan silat dengan senjata yang berterbangan kesana kemari. Imajinasi kita terbawa serta dalam panggung pertarungan sepertinya kita ada ditengah-tengahnya.

Jet Li bermain dengan baik dalam pertarungan silatnya hanya saja dalam sesi drama tampak kurang cocok. Misalnya dalam adegan akhir saat diberitahu teman-temannya bahwa sang kekasih Lin Yangqiu dalam keadaan luka parah dan pergi meninggalkannya, Jet Li meratapi dan ingin mengejarnya. Seharusnya bisa lebih di dramatisir dan lebih melo, sayangnya wajah Jet Li tampak hambar dan tanpa ekspresi. Sehingga tidak bisa menguras air mata penonton.

Zhou Xun yang berperan sebagai Lin Yangqiu cukup baik dalam berperan. Pada saat meniup seruling yang mengingat akan sang kekasih tampak mata yang berair walaupun tidak sampai menetes. Dengan ekspresi raut wajah yang dingin seolah-olah menyimpan suatu misteri, sangat sesuai dengan karakternya.

Sayangnya tidak ada penjelasan mengenai kembarnya Yu Huatian (ketua biro barat) dan pisau angin. Apakah ada hubungan saudara atau tidak. Padahal digambarkan sangat persis bahkan bawahannya pun tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu.

Dalam perjalanan Lin Yangqiu dan Su Huirong menuju penginapan, tiba-tiba sudah mendapat perahu saat di sungai dan mendapat onta saat di gurun pasir. Tidak dijelaskan siapa yang memberi atau membeli. Namun itu bukanlah hal penting dan bisa diabaikan.

Sebuah kisah sederhana yang dikemas sedemikian rupa seolah-olah menjadi rumit namun justru menarik. Dan seperti pada film silat lainnya, ada nilai-nilai moral yang bisa dipetik. Ada kisah perselingkuhan, percintaan, kesetiaan, pengkhianatan yang diramu dengan baik. Sehingga penonton yang sudah pulangpun masih dapat mengingat dilubuk hati yang dalam. Apakah ada seri kedua nya ? Siapa tahu...

No comments:

Post a Comment