Friday 4 May 2012

Modus Anomali


Modus Anomali
---------------------

Sebuah film yang disutradarai oleh Joko Anwar dengan tema psychology thriller yang jarang ada dalam dunia perfilman Indonesia. Ide ceritanya termasuk baru setidaknya untuk ukuran film dalam negeri. Walaupun film ini adalah film Indonesia namun dalam dialognya menggunakan bahasa Inggris yang cukup lumayan baik. Tak heran bila film ini mendapat penghargaan skenario terbaik di Bucheon Award pada Network of Asian Fantastic Film di Korea Selatan, padahal filmnya belum dibuat.

Film ini berkisah tentang John (Rio Dewanto) seorang pembunuh kejam dan psikopat yang sedang berada di hutan. Tidak jelas apa maksud dan tujuannya membunuh, yang jelas sasarannya adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Namun tidak hanya sekedar membunuh namun juga mempermainkan keluarganya terutama anak-anaknya. Tidak hanya itu, dia ingin menjadi bagian dari keluarga tersebut sebagai seorang ayah. Kalau biasanya korban yang dikejar oleh sang pembunuh maka dalam film ini adalah sebaliknya sang pembunuh yang memposisikan dirinya dikejar oleh korban. Namun modus itu tidak akan terlihat dalam 75 menit cerita berjalan dan baru 15 menit terakhir akan terlihat modus sebenarnya.

Film ini dibuat dengan pengambilan gambar sistem hand carry camera sehingga mempunyai gambar yang bergoyang. Apalagi hampir keseluruhan gambar dibuat malam hari dan gelap serta John yang berlari-lari kesana kemari. Mata saya terasa cukup lelah dan capek mengikuti gerakan kamera seperti itu selama 1,5 jam. Seandainya dibuat dengan sistem stabil tentu mata terasa nyaman dan lebih baik.

Beberapa kekurangan dalam film ini yang saya temukan yaitu pada adegan awal di malam hari ada suara burung. Sesuatu yang tidak wajar bila seekor burung berkicau di malam hari. Lebih lucu lagi karena suara burung tersebut, kicauannya sama bunyinya di saat pagi hari. Pada saat kamera menyorot sebuah gubuk dari kejauhan dan pelan-pelan mendekat, tampak cahaya dari lampu yang menerangi genteng gubuk tsb dan pucuk-pucuk pohon disekitarnya. Padahal situasinya adalah gelap gulita tanpa penerangan apapun, namanya juga hutan.

Kekurangan lainnya adalah ketika John muntah maka muntahannya terlihat seperti air kran atau pancuran yang mengalir deras dan banyak. Tentu saja sangat tidak alami, tidak hanya sekali adegan tapi dua kali adegan seperti itu. Kemudian anak panah yang mengenai lengan John terlihat sekali kalau dikempit atau diselipkan dibawah ketiak. Tidak hanya itu dibagian akhir film luka tersebut hilang padahal digambarkan sebelumnya anak panah sampai tembus dari belakang sampai kedepan.

Selain itu, pada adegan anak perempuan mati karena tertusuk jebakan kayu di perutnya maka terlihat ada bekas dua lubang atau luka dibajunya. Padahal kalau diperhatikan pada kayunya sendiri, ada tiga potong kayu yang berlumuran darah setelah menembus perut anak perempuan tersebut. Selama malam hari wajah John terlihat kusam dan penuh debu kehitaman namun dipagi hari tiba-tiba wajahnya berubah menjadi bersih. Tata riasnya tampak kecolongan dalam hal ini.

Kelebihan dari film ini adalah ide ceritanya yang baru untuk ukuran film Indonesia sehingga penonton mempunyai pilihan yang banyak dari sekedar film horor pocong.


No comments:

Post a Comment