Tuesday, 25 September 2012

Sadako (3D)



Sadako (3D)
------------------

Sebuah film Jepang bergenre horror dan dibuat dalam bentuk 3 Dimensi ini mengadopsi dari novel ‘S’ yang ditulis oleh Koji Suzuki sedangkan model hantunya mencomot dari film The Ring yang dibuat pada tahun 1998. Bahkan film Sadako ini pernah dirilis dengan menggunakan judul The Ring 3.

Kisah dimulai ketika seorang pemuda bernama Kashiwada melakukan bunuh diri di dalam kamar apartemennya. Yang lebih menghebohkan adalah peristiwa tersebut direkam oleh kamera dan disiarkan melalui internet. Bila ada orang yang melihat video tersebut maka orang tersebut akan mati sehingga video tersebut terkenal dengan nama video kutukan. Tidak mudah untuk mencari file video tersebut karena kebanyakan sudah dihapus di internet. Namun biasanya muncul sendiri secara tak terduga dan di waktu yang sama.

Akane (Satomi Ishihara) adalah seorang guru yang mempunyai murid bernama Noriko. Noriko melihat video kutukan di internet dan menjadi korbannya dan dianggap bunuh diri oleh pihak kepolisian. Demikian juga murid kedua yang menonton di internet hampir menjadi korban juga apabila tidak ditolong oleh Akane. Diam-diam Akane memiliki kekuatan khusus melalui teriakannya sehingga bisa memecahkan kaca dsb.

Sebenarnya Kashiwada adalah korban dari Sadako sendiri yang ingin bangkit dari kematiannya. Dan tangan atau rambut Sadako muncul melalui layar internet baik yang berupa komputer, telepon genggam dan laptop. Korban-korban berjatuhan termasuk Takanori (Koji Seto) kekasihnya yang diculik oleh Sadako. Cukup aneh rasanya bila ternyata hantu bisa melakukan penculikan.

Pada sesi akhir Akane dan polisi Koiso datang ke sumur tempat peristiwa Sadako dibuang. Namun ternyata muncul ‘sadako-sadako’ lainnya menyerang mereka berdua. Hal ini menunjukkan ketidak konsistenan dari sang sutradara mau dibawa kemana film ini dengan munculnya monster-monster mirip laba-laba. Sebagai film horror atau film monster ? atau Sadako sendiri yang berupa monster. Namun kenapa kalau monster jumlahnya banyak bukan 1 monster sebagai wujud peralihan rupa Sadako. Ketidak konsistenan lainnya adalah hantu Sadako bisa muncul dari TV iklan pinggir jalan dan neon sign pada truk. Seharusnya konsisten hanya muncul dari video internet.

Tidak ada hal yang menyeramkan dan tidak ada hal yang menakutkan serta tidak ada hal yang mengerikan. Bahkan diakhir film tampak hantu Sadako yang cantik, seperti film horor Indonesia yang menampilkan hantu cantik dan sexy.

Kekurangan film ini adalah film dibuat dengan resolusi rendah sehingga kabur dan kurang terang gambarnya. Terasa seperti menonton film tahun 70an dengan nuansa gambar tidak focus. Efek 3 Dimensi juga sedikit dan tidak terasa sehingga kesannya mubazir. Penulis sedikit kecewa menonton film ini dengan harga tiket yang cukup mahal.

Resident Evil : Retribution (3D)



Resident Evil : Retribution (3D)
------------------------------------------

Film yang banyak ditunggu-tunggu oleh penonton ini merupakan seri kelima dari Resident Evil dan kali ini mempunyai judul Retribution. Berikut ini judul-judul seri sebelumnya, Resident Evil, Apocalypse, Extinction dan After life. Film science fiction horror ini mengambil ide cerita dari video game buatan Capcom. Sayangnya gembar-gembor tentang film ini memberikan kekecewaan setelah menontonnya, tak sebagus seperti yang diberitakan.

Alice yang diperankan oleh Milla Jovovich ditahan oleh Umbrella Corporation yang sekarang dipimpin oleh ratu merah (red queen) yang merupakan sebuah komputer yang cerdas dengan gambaran tubuh sebagai anak kecil. Padahal dalam seri sebelumnya pemimpinnya adalah Albert Wesker yang merupakan musuh dari Alice. Tidak ada penjelasan mengapa pucuk pimpinan bisa berganti dan bahkan saling bermusuhan. Lucunya lagi Wesker menjadi seorang Presiden Amerika Serikat dan bekerja sama dengan Alice.

Alice berada di ruang tahanan dan berhasil meloloskan diri karena dibantu oleh Ada (Bingbing Li) yang menyabotase sistem komputer Umbrella Corporation. Alice berjuang dan bertarung melalui simulasi-simulasi misalnya simulasi Tokyo, simulasi New York, simulasi Washington DC dan simulasi Moscow. Sedikit aneh bila sebuah simulasi yang palsu bergabung menjadi sebuah kenyataan. Sedikit dipaksakan bila sebuah ilusi menjadi realitas. Alice bertemu dengan anaknya perempuan yang merupakan sebuah masa lalu dan hadir pada masa kini.

Film yang disutradarai oleh Paul WS Andersen ini miskin cerita dan masih dibawah seri-seri sebelumnya. Pertarungan yang seru tidak harus ditampilkan dengan tembakan-tembakan yang serba membabi buta dan hujan peluru. Banyak adegan tembak-menembak yang tidak begitu jelas arah dan tujuannya, yang penting menembak. Sayangnya pertarungan yang terjadi adalah Alice melawan prajurit-prajurit Umbrella Corporation dan bukan melawan Zombie yang merupakan trade mark dalam seri-seri sebelumnya. Walaupun ada pertarungan dengan zombie tapi itu merupakan simulasi saja dan porsinya juga sedikit,

Harapan penulis dengan menonton 3 Dimensi maka akan mendapat nilai plus namun hal tersebut tidak diperoleh. Tayangan 3 Dimensi tidak banyak memberi manfaat sehingga penulis menyarankan agar menonton yang 2 Dimensi saja dari pada buang-buang duit. Tidak banyak spesial efek khusus 3 Dimensinya yang bisa mengerjai mata penonton. Kekurangan lainnya adalah pada wajah Alice dan beberapa pemain lainnya tampak siluet kemerah-merahan. Hal ini menunjukkan teknis pembuatan 3 Dimensinya tidak bagus atau mungkin hanya dikerjakan secara komputerisasi paska produksi.

Hingar-bingar suara tembakan dan puluhan peluru berhamburan tidak berarti menjadikan film ini dalam kategori bagus. Pertarungan dan perkelahian slownya masih lebih bagus film Matrix yang dibuat 13 tahun yang lalu. Satu hal aneh lagi, zombie ternyata bisa bernafas dan berenang dalam air.

Yang menarik dalam film ini adalah tayangan backward yaitu sebuah tayangan yang gambarnya bergerak mundur kebelakang. Sebagai contoh helikopter yang meledak berkeping-keping maka ditayangkan diawal justru keping-kepingnya dulu setelah itu baru ledakan dan diteruskan dengan helikopter yang utuh.

Friday, 21 September 2012

Catch.44


Catch.44
------------

Jangan melihat judulnya yang mempunyai angka .44 (titik empat-empat) karena anda akan bingung untuk mengartikannya. Apa hubungan antara angka tsb dengan filmnya? Penulis sendiri masih menerka apa arti angka tsb pada film ini. Setidaknya angka tersebut adalah lokasi restoran tempat kejadian perkara yang berada 44 mil jaraknya dari kota. Arti lainnya adalah 4 karakter dan 4 lorong waktu cerita. 4 karakter adalah Boss, anak buah, pendukung dan pengkhianat. 4 lorong waktu cerita yaitu saat Tes yang luka mengemudi mobil, saat Mel bicara dengan Ronny, saat baku tembak di restoran dan saat Tes direkrut oleh Mel. Demikian juga inti cerita di dalamnya yang kelihatan sederhana namun penuh dengan tanda tanya yang mengharuskan anda untuk menyimaknya dengan baik terutama pada sesi akhir. Film ini dibintangi oleh Bruce Willis yang berperan sebagai Mel seorang bandar narkoba dan Malin Akerman yang berperan sebagai Tes yang bekerja sebagai pramu saji di klub streaptis.

Kisah dimulai ketika Tes yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai kaki tangan Mel, mendapat tugas untuk menyabotase pengiriman narkoba disebuah restoran di pinggiran kota Louisiana. Pengiriman dilakukan melalui darat dan diangkut dengan truk dimana sopir dan penerima barang tidak saling kenal. Tes bersama dengan dua orang temannya yaitu Kara dan Dawn pergi untuk menunaikan tugasnya.

Rencana transaksi dimulai pukul 14:30 namun ditunggu sampai jam 15:00 lebih tidak ada kegiatan atau hal-hal yang menunjukkan transaksi tersebut. Didalam restoran terdapat pelayan perempuan sekaligus pemilik restoran, pramu saji laki-laki, sepasang suami istri dan seorang pria berjenggot. Untuk itulah Tes berinisiatif untuk langsung menanyakan siapakah sopir truk didalam restoran tsb. Sayangnya tindakan tersebut mendapat perlawanan dari perempuan pemilik restoran dan berhasil menembak Kara. Demikian juga pria berjenggot berhasil menembak Dawn hingga tewas. Baku tembak satu sama lain menjadikan suasana makin kacau balau. Tiba-tiba pramu saji laki-laki yang bernama Billy keluar dari dapur dan menodongkan senjata pada Tes, demikian juga Tes menodongkan pistolnya kepada Billy. Dalam suasana yang tegang dan mencekam timbul percakapan yang secara tidak sengaja muncul yaitu kata-kata ’Mel”. Kebingungan makin menjadi-jadi dalam pikiran Tes, apa yang sebenarnya terjadi.

Tiba-tiba muncul Ronny (Forest Whitaker) yang merupakan kaki tangan Mel dan ikut menodongkan pistolnya sehingga terjadi todong-menodong secara segi tiga. Ronny menginginkan uang yang ada di Billy sebagai upah untuk membunuh Tes dan kawan-kawannya. Diam-diam Ronny mencintai Tes selama ini walaupun mereka hanya bertemu sekali saja. Rupa-rupanya cinta dalam pandangan pertama menetap di hatinya walaupun Tes tidak merasakannya. Saking posesifnya, Ronny bahkan membunuh polisi untuk diambil bajunya karena Tes lebih suka pria berseragam. Namun sayangnya cinta tidak bertepuk sebelah tangan bahkan Tes pun lupa wajah Ronny. Akhirnya todongan pistol Ronny pun mengarah pada Tes.

Jadi semuanya ini adalah jebakan yang dilakukan oleh Mel mengingat Tes dan kawan-kawan gagal pada tugas terakhirnya. Billy dibayar untuk menghabisi Tes dan kawan-kawan namun uangnya baru diberikan bila berhasil. Ronny menganggapnya uang sudah ditangan Billy dan ingin mengambilnya.

Kelebihan dari film ini adalah cara flash backnya yang menarik seolah-olah kejadian di dalam restoran dibuat secara berseri. Setelah Kara tertembak terjadi flashback kemudian setelah Dawn tertembak terjadi flashback lagi, setelah Ronny datang timbul flashback lagi. Flashback dalam dunia perfilman mempunyai arti menceritakan adegan masa lalu atau sebelumnya.


Wednesday, 19 September 2012

The Cabin In The Woods



The Cabin In The Woods
-----------------------------------

Film ini sebenarnya sudah dirilis di Amerika di awal tahun 2012 dan baru sekarang ini dirilis di Indonesia. Dibintangi oleh Chris Hemsworth yang berperan sebagai Curt dan Kristen Connoly sebagai Dana. Juga muncul walaupun hanya sebentar diakhir film yaitu Sigourney Weaver yang menjadi pemimpin perusahaan.

Berkisah mengenai lima orang mahasiswa yang sedang berlibur di suatu tempat terpencil yang merupakan tempat sepupu dari Curt. Tidak dijelaskan siapa sepupunya dan bagaimana caranya mengajak Curt. Yang jelas Curt pergi dan mengajak teman-temannya yang lain.

Film ini hendak bercerita mengenai reality show yang disiarkan televisi dengan setting sebuah pondok di tengah hutan. Kamera dipasang dimana-mana untuk mengetahui sepak terjang dari masing-masing personil bahkan ketika hendak berhubungan sex pun mereka tersorot kamera. Semua situasi dan keadaan dikendalikan oleh operator yang berada di sebuah gedung tak jauh dari pondok itu sendiri. Mereka bisa membuka pintu ruang bawah tanah, memberi asap buatan, mengatur suhu, memberi hormon feromon, zat kimia thorazine, mengunci kamar tidur dan meledakkan terowongan dll. Semua kejadian tampak nyata.

Tetapi disisi lain juga bercerita mengenai hantu. Ada zombie yang susah matinya, ada gadis kecil buntung bersenjata kapak, penari kecil berwajah mulut, ular setan, manusia serigala yang ditembak tapi tidak mati dan ada iblis raksasa dll.

Sayangnya karena sudah tahu bahwa hal itu adalah sebuah permainan atau pertunjukkan reality show sehingga tidak takut lagi ketika ditampilkan hantunya. Jadi ketika disebut sebagai film horror maka tidak mencekam dan tidak mengagetkan serta tidak membuat bulu kuduk berdiri. Tidak ada yang perlu ditakutkan dan tidak ada yang perlu diteriakkan seperti film horror lainnya. Ditambah lagi aksi hantunya dimulai dari menit ke-40 rasanya sudah bosan menunggu apa yang akan dilakukan. Tidak ada teror yang intens yang membuat penonton terhenyak dan menerawang namun yang ada adalah action yang biasa saja. Tidak ada unsur yang memompa adrenalin penonton. Kalau anda penggemar film horror mungkin agak sedikit kecewa karena dibawah ekspektasi yang diharapkan.

Tuesday, 11 September 2012

The Bourne Legacy



The Bourne Legacy
----------------------------

Hampir semua pecinta film sudah mengenal trilogy Bourne yang terdiri dari The Bourne Identity, The Bourne Supremacy dan The Bourne Ultimatum. Ketiganya dibuat dari cerita novel dengan judul yang sama hasil karya dari Robert Ludlum. Setelah  Robert Ludlum meninggal dunia maka Eric Van Lustbader meneruskan membuat serial novel tersebut dengan judul The Bourne Legacy. Film ini merupakan copy cat dari film trilogy Bourne sebelumnya. Nama Bourne dijual dengan menjadikannya sebuah judul namun dalam filmnya sendiri Bourne (biasanya diperankan oleh Matt Damon) tidak muncul sama sekali dan hanya sekali-kali disebut. Ingat masih ada enam novel lanjutan yang menjual nama Bourne yang kemungkinan akan dibuat filmnya juga.

Film ini dibintangi oleh Jeremy Renner sebagai Aaron Cross seorang agen rahasia yang harus meminum pil warna hijau dan pil warna biru oleh organisasinya yaitu Outcome. Sayangnya wajah Jeremy tampak terlalu tua untuk memerankan karakter ini yang seharusnya diperankan oleh aktor muda yang lebih energik. Cara dialog dan pembawaannya menunjukkan kurang sigap dan kurang piawai. Apalagi banyak adegan laga dan kejar-kejaran yang tentu saja membutuhkan tenaga yang segar dan hal itu tidak tampak pada diri Jeremy.

Alur cerita di awal tidak jelas sama sekali, tiba-tiba Aaron berada sendirian dalam pegunungan es yang dingin. Ia hidup bertahan dalam kesendirian dan kegelapan malam. Berlatih menyelam dalam dinginnya air dan mengusir serigala yang mengganggu. Pil yang diminum dan suntikan yang dimasukkan ke tubuh melengkapi aktifitasnya. Penulis berharap akan ada kejutan atau sebagai starting point yang seru namun ternyata tidak terjadi apa-apa.

Banyak adegan yang berupa dialog-dialog panjang yang sedikit membingungkan apabila tidak menyimaknya dengan seksama. Apalagi bila tidak tahu alur cerita dalam trilogy sebelumnya tentu akan membuat penonton berpikir banyak. Intensitas ketegangan muncul di akhir film yang berupa kejar-kejaran antara Aaron dan agen dari Thailand di kota Philipina.

Rachel Weisz berperan sebagai Dr.Marta Shearing seorang dokter yang bekerja pada Outcome untuk melakukan pengetesan pada agen-agen yang ditunjuk. Rachel bermain biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa.

Secara keseluruhan, film ini ingin meniru kesuksesan yang diraih oleh film-film Bourne sebelumnya. Sayangnya kualitas performa, adegan laga dan alur ceritanya masih dibawahnya. Sebaiknya film ini menggunakan judul yang lain dan jangan membawa-bawa nama Bourne sehingga penonton tidak kecewa.

Wednesday, 5 September 2012

Wu Dang



Wu Dang
-------------

Dalam dunia persilatan China, nama Wu Dang atau umumnya ditulis dengan Wu Tang sudah tidak asing lagi di telinga setiap orang yang merupakan perguruan silat terpopuler kedua setelah Shaolin. Kalau mengenai Shaolin sudah sering dibuat filmnya maka sekarang giliran Wu Dang yang mengisi dunia perfilman. Sutradara Patrick Leung ingin berbicara sekaligus mengenalkan nama Wu Dang di seantero dunia serta berusaha mengajak melihat pemandangan gunung Wudang yang begitu indah yang sempat dinobatkan oleh Unesco PBB sebagai warisan dunia pada tahun 1994. Berhasilkah sang sutradara ?

Film ini bercerita tentang seorang ayah bernama Tang Yunlong (Zhao Wenzhuo) dan anak gadisnya yang bernama Tang Lin (Xu Jiao) yang berasal dari Amerika. Yunlong adalah seorang profesor yang meneliti tentang benda-benda purbakala dan pusaka dari Wu Dang. Sedangkan Lin memiliki ilmu bela diri yang lumayan karena selalu dilatih sejak kecil oleh ayahnya. Kedatangan mereka berdua di perguruan Wu Dang yang terletak di gunung Wudang adalah untuk mengikuti kejuaraan silat yang diadakan setiap 500 tahun sekali.

Namun demikian ada maksud tersembunyi dari Yunlong yaitu mencari dan mencuri benda-benda pusaka. Tujuan sebenarnya bukan untuk memperkaya diri sendiri melainkan untuk menyembuhkan penyakit Lin yang tidak ada obatnya. Bahkan ibunya dan neneknya juga meninggal karena penyakit yang sama. Tak disangka-sangka Yunlong bertemu dengan seorang wanita yang bernama Tian Xin (Mini Yang) yang sama-sama mencari benda pusaka. Perbedaannya adalah Tian Xin mencari pedang milik nenek moyangnya yang tersimpan di Wu Dang.

Setelah benda-benda purbakala ditemukan maka muncullah seorang pengkhianat yang mengambilnya dan memanfaatkannya untuk menjadikan dirinya sebagai dewa, dia tak lain adalah wakil ketua perguruan Wu Dang. Pertarungan dan perkelahian terjadi di akhir film dengan hasil yang happy ending.

Kelemahan dari film ini adalah pada saat pertarungan akhir antara wakil ketua dan Yunlong serta Tian Xin juga seorang murid Wu Dang, ternyata sang ketua besar sendiri tidak ikut berkelahi dan tidak ditampilkan apa dan kemananya beliau ini. Padahal sang ketua ada disana. Semua lakon sudah babak belur namun sang ketua tidak nampak membantu atau melawan. Ilmu sang ketua sangat tinggi namun tidak dimunculkan perkelahian atau pertarungannya. Tiba-tiba diakhir pertarungan diperlihatkan lagi sang ketua. Lho, selama hal tersebut terjadi kemana aja, apa sembunyi dibawah meja.

Secara keseluruhan tidak ada yang menonjol dalam laga pertarungan dan perkelahiannya. Teknik dan cara berkelahinya juga sudah banyak muncul di film-film lainnya. Tidak ada perkelahian yang spektakuler dan wah. Semuanya biasa saja. Sayangnya sutradara tidak berhasil mengeksplor ilmu silat Wu Dang itu sendiri yang hanya tampil di sesi pembuka saja sebagai latihan dari murid-murid. Setidaknya dia berhasil menampilkan pemandangan alam yang cukup bagus dan menawan dengan nuansa pegunungan.Yang cukup menarik adalah pertarungan yang diiringi dengan musik klasik dan dilakukan sepasang antara Yunlong dan Tian Xin.

Monday, 3 September 2012

Red Lights



Red Lights
----------------

Pada jaman modern sekarang ini banyak bermunculan orang-orang yang mengaku memiliki kekuatan supra natural atau paranormal atau cenayang alias dukun. Mereka mengaku sebagai orang yang bisa menyembuhkan, meramal dan berkomunikasi dengan roh lain. Tidak sedikit orang yang percaya akan hal tsb dan rela mengeluarkan uang untuk dapat menggunakan jasanya. Fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan juga di negara-negara maju lainnya. Untuk itu tidak aneh rasanya bila dibuat film yang mengangkat tema tersebut.

Film ini dibintangi oleh Sigourney Weaver yang berperan sebagai Dr. Margaret Mathesson dan Cillian Murphy sebagai Dr. Tom Buckley. Margaret adalah ahli fisika dan dosen yang mengajar di sebuah universitas sedangkan Tom adalah asistennya yang membantu dalam pekerjaannya. Mereka berdua meneliti tentang fenomena fisik yang terjadi pada suatu kejadian supra natural namun sayangnya mereka tidak menemukan bukti-bukti atau tanda-tanda yang menguatkan adanya supra natural. Justru yang mereka temukan adalah trik-trik dan penipuan-penipuan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku memiliki kekuatan supra natural.

Trik-trik yang biasa terjadi pada saat berkomunikasi dengan roh lain diungkap oleh mereka. Kebanyakan menggunakan meja yang terangkat dengan sendirinya untuk menunjukkan roh lain sudah hadir. Biasanya mereka duduk di kursi mengelilingi sebuah meja dengan tangan saling berpegangan. Mereka pasti minta suasana yang gelap. Ternyata hal ini adalah cara untuk mengelabui korbannya. Meja yang terangkat dilakukan oleh kakinya atau dengan tangannya yang saling berpegangan.

Trik lain yang diungkap dan berakhir dengan penangkapan seorang paranormal bernama Palladino oleh polisi yaitu ketika dalam sebuah gedung pertunjukkan, paranormal tsb bisa menebak orang-orang yang hadir. Ternyata ada orang yang memandu dan membantu paranormal tersebut melalui earphone ditelinganya.

Suatu saat muncul kembali seorang paranormal legendaris yang sudah 30 tahun tidak aktif dan menyepi disuatu tempat, namanya Simon Silver (Robert De Niro). Dia adalah seorang tunanetra yang selalu memakai kacamata hitam untuk menutupi kekurangannya. Dia sempat membuat Margaret berada dipersimpangan jalan karena pada pertemuannya dahulu diramal bahwa anaknya laki-laki akan meninggal. Namun Margaret belum menemukan celah penipuan yang dilakukan oleh Silver dan justru menemukan anaknya laki-laki yang sakit koma. Antara percaya atau tidak maka Margaret tidak mau menyelidiki tentang Silver lagi.

Dalam suatu perdebatan di TV antara Margaret dan managernya Silver terjadi sedikit kekacauan sehingga Margaret meninggalkan tempat tersebut. Sebagai anak muda, Tom yang penasaran dengan Silver ingin menyelidikinya namun Margaret melarangnya. Akhirnya Tom menyelidiki secara diam-diam, sayangnya Margaret tewas secara mendadak. Sejak itu Tom mengalami halusinasi dan penampakan serta teror. Batas pikiran Tom berada ditengah-tangah baris antara percaya atau tidak.

Silver mempunyai cara cerdas untuk diakui status paranormalnya yaitu dengan cara menerima tawaran dari universitas tempat Tom bekerja untuk dilakukan tes telepati. Semua tes dapat dilalui dengan baik oleh Silver. Tom tidak menemukan kejanggalan atau celah dalam hal ini padahal Tom ikut berada dalam ruangan saat tes dilakukan.

Tom yang memiliki latar belakang bahwa ibunya meninggal karena kanker stadium lanjut. Padahal sebenarnya sudah diketahui adanya penyakit tsb namun perginya justru ke paranormal dan celakanya lagi oleh paranormal tsb dikatakan baik-baik saja. Setelah makin parah barulah diketahui bahwa itu adalah kanker oleh dokter tapi sudah terlambat tentunya. Tom semakin penasaran namun tidak punya bukti apapun terhadap Silver. Tom akhirnya memutuskan datang pada pertunjukkan Silver dengan spekulasi untukmendapatkan bukti-bukti baru atau tidak sama sekali.

Kedua murid Tom yaitu Sally (Elizabeth Olsen) dan Ben (Craig Roberts) meneliti rekaman video-video saat Silver di tes. Siapa tahu dari sudut pandang lain atau tidak langsung dapat ditemukan bukti-bukti itu. Ternyata ditemukan bahwa orang yg melakukan telepati dengan Silver sudah janjian sebelumnya menggunakan kode-kode pada jam tangan dan juga sebenarnya Silver itu bisa melihat. Sayangnya Tom sudah keburu pergi ke pertunjukkan.

Tom akhirnya berhasil membuka kedok penipuan yang dilakukan oleh Silver. Suatu bukti yang didapat secara kebetulan. Tom dipukuli oleh seseorang saat istirahat pertunjukkan untuk membungkamnya agar tidak menyelidiki Silver lagi. Tom yang dikira mati ternyata tidak mati dan menantang datang ditengah-tengah pertunjukkan. Tom melempar uang koin yang ditangkap oleh tangan Silver. Dua bukti yang didapat menguatkan Tom bahwa Silver bukan paranormal melainkan penipu yang mengeruk keuntungan dari orang banyak.

Para pemain bermain lumayan dan natural juga tidak ada yang dilebih-lebihkan. Hanya saja penulis kira film ini adalah film tentang supranatural beneran yg melawan ilmu pengetahuan, ternyata tidak, film ini lebih cocok ke genre detektive.

Novel Perahu Kertas

Contoh ketidak sesuaian antara film dan novelnya.