Monday 15 October 2012

Bunraku



Bunraku
------------

Sebuah film yang mempunyai konsep panggung untuk latar belakangnya ditambah dengan animasi komik dalam menjelaskan tokoh-tokohnya. Dibuat pada tahun 2010 dan baru beredar di Indonesia pada tahun 2012 ini. Walaupun buatan Amerika namun judulnya tampak asing bagi penonton. Benar, Bunraku mengacu pada bahasa Jepang yang memiliki arti sandiwara boneka tradisional jepang. Tak ayal lagi pada adegan pembuka ditampilkan adegan origami kecoak dan siput yang sedang berkelahi juga ikan dan anjing yang dijalankan dengan tangan. Setidaknya hal tersebut ingin menunjukkan sesuatu yang mirip dengan boneka.

Pada awalnya manusia berkelahi dengan benda tumpul misalnya pentungan kayu. Berikutnya pentungan kayu dikalahkan oleh kapak. Kapak dapat dikalahkan oleh tombak. Selanjutnya tombak dapat dikalahkan oleh pedang. Pedangpun dapat dikalahkan oleh senapan kecil. Senapan kecil dapat dikalahkan oleh senapan besar. Senapan besar dapat dikalahkan oleh senapan otomatis. Dan senjata otomatispun dikalahkan oleh bom nuklir. Intinya adalah tidak ada kemenangan abadi dan suatu saat pasti akan kalah oleh yang lainnya.

Suatu daerah antah berantah dikuasai oleh Nicola (Ron Perlman) yang mempunyai banyak anak buah dengan keahlian membunuh. Belum ada satupun yang dapat mengalahkannya sehingga membuat takut warga daerah tersebut. Penggunaan senjata api adalah dilarang sehingga kebanyakan orang menggunakan pedang. Suatu hari datanglah dua orang asing yang sebelumnya tidak saling mengenal ke daerah itu yaitu Drifter (Josh Hartnet)t dan Yoshi (Gackt Camui).

Josh adalah seorang pengembara yang mempunyai keahlian bermain kartu sedangkan Yoshi adalah orang Jepang yang mengunjungi pamannya yang berbisnis restoran. Keduanya memiliki misi yang sama yaitu menegakkan keadilan. Keduanya dibantu oleh seorang bartender (Woody Harellson). Tidak mudah untuk mengalahkan Nicola karena dilindungi oleh pembunuh yang disebut sebagai killer no.1, no.2, no.3 dst. Namun yang namanya under dog alias tak diperhitungkan bisa saja mengalahkan Nicola sang pemimpin.

Hampir secara keseluruhan setting background bukan berupa bangunan real melainkan semacam animasi atau studio. Warna-warni cerah melingkupi disemua gambar yang ada di film. Entahlah film ini bisa dikatakan sebagai serius atau tidak, tergantung dari penontonnya sendiri. Sedangkan bagi penulis, ini adalah film main-main seperti sebuah “bunraku” alias sandiwara boneka.

No comments:

Post a Comment